Kamis, 06 Juni 2013

Pembunuh Cahaya End



Pembunuh Cahaya Part 10 End

Mereka memasuki rumah besar berpagar tinggi itu. Saira menatap rumah itu dan mengaguminya, bangunannya serupa bangunan kolonial belanda yang terawat dan mewah. Dan tamannya, taman depan yang menghampar luas itu sangat indah dan terawat. Saira melirik Andre, kalau memang Andre yang bertanggung jawab merawat taman ini, dia pasti merawatnya dengan sepenuh hati karena tamannya benar-benar luar biasa indahnya.

“Ayo.” Andre setengah mendahuluinya masuk ke rumah itu. Saira mengikuti dengan pelan di belakangnya, waspada. Benaknya berkecamuk. Seperti apakah perempuan bernama Leanna itu? Apa reaksinya ketika melihat Saira? Apakah dia akan marah dan melukai Saira? Ataukah dia akan sedih dan menangis seperti reaksi Saira pertama kali ketika mengetahui keberadaan Leanna? Apakah Leanna sudah mengetahui tentang Saira sejak lama? Atau dia sama seperti Saira? Tidak mengetahui keberadaan satu sama lain?

Saira terlalu sibuk dengan pikirannya sehingga tidak menyadari betapa nyamannya Andre bergerak di rumah itu, seolah-olah lelaki itu sudah biasa menaiki tangga dan melangkah ke ujung lorong, menuju sebuah kamar yang pintunya setengah terbuka.

Harusnya Saira merasa ragu karena bukankah Andre hanya ditugaskan mengurus taman di rumah ini? Kenapa dia sepertinya dengan mudahnya memasuki isi rumah, bahkan sampai menaiki tangga menuju area pribadi pemiliknya?

Andre membuka pintu dan senyumnya tampak aneh ketika menatap Saira, dia mempersilahkan Saira memasuki kamar itu,

“Silahkan Saira, temuilah Leanna.”

Apakah Leanna sudah menunggunya? Dia mengernyit menatap Andre, tetapi lelaki itu memasang ekspresi tidak terbaca.

Saira melangkah masuk dan tertegun.

***
Leo menginjak gasnya kuat-kuat, mengumpat-umpat ketika kemacetan menghalanginya, dengan panik dia memutar balik, mencari jalan lain lewat jalur-jalur alternatif, dia harus bisa segera mencapai rumah pinggiran kotanya sebelum terlambat. Sebelum Saira terluka!

Leo melakukan penyelidikan singkat tadi mengenai Andre. Dan penyelidiknya mengatakan bahwa Andre dulu sangat akrab dengan Leanna sebelum kejadian percobaan bunuh diri itu.

Bahkan penyelidiknya mempunyai dugaan kuat, bahwa Andre adalah ayah dari bayi yang sempat dikandung oleh Leanna! Selama ini dia telah salah duga tentang lelaki yang menghamili Leanna!
***

Perempuan itu duduk di sebuah kursi roda di sudut, tatapannya tampak kosong.  Tetapi selain itu dia luar biasa cantiknya. Rambutnya panjang terurai dan kulitnya putih bening, dia tampak seperti seorang peri yang muncul dari negeeri khayalan, begitu halus dan rapuh...

Saira memang menduga bahwa kekasih Leo secantik ini, tetapi dia tidak menduga bahwa Leanna duduk di kursi roda dan.... buta? Menilik dari mata kosongnya, perempuan itu buta. Oh astaga, teganya Leo menikahinya, menghamilinya dan mengkhianati perempuan ini?

Andre berdiri di belakangnya, dan mengunci pintu kamar itu tanpa sepengetahuan Saira. Dia lalu berjalan melewati Saira menuju ke arah Leanna.

Leanna yang menyadari kedatangan Andre yang mendekatinya langsung tersenyum dan mengulurkan tangannya,

“Andre,” senyumnya lembut. Dan Andre menyambut uluran tangan itu, lalu mengecup jemari yang rapuh itu dengan penuh sayang,

Sementara itu Saira mengamati kejadian di depannya itu dengan terkejut. Dia memandang Leanna dan Andre berganti ganti dengan pertanyaan berkecamuk di dadanya. Andre mengenal Leanna? Dan kenapa bahasa tubuh mereka berdua selayaknya sepasang kekasih?

“Aku datang membawa dia untukmu, sayangku...seperti janjiku kepadamu.” Andre menatap Saira dengan kejam, “Dia ada di depanmu, perempuan yang membunuh anak kita, yang membunuh cahaya indah di matamu...”

Saira menatap Andre dengan bingung, tatapan Andre yang penuh kebencian kepadanya membuatnya memundurkan langkahnya secara refleks,

“Apa maksudnya ini Andre?”

Andre tersenyum sinis kepadanya, dia berdiri di sebelah Leanna dan dengan sayang meremas pundak perempuan itu, “Kasihan sekali Saira yang ternyata tidak tahu apa-apa.” Andre menunduk lembut dan menatap Leanna, “Kita jelaskan saja kepadanya sayang?”

Leanna menganggukkan kepalanya,

“Kau, Saira... adalah anak yang dilahirkan tanpa ayah... dan kau merenggut ayah Leanna, membuatnya menderita.”

“Aku tidak mengerti maksudmu.” Saira merasa bingung dan tiba-tiba merasa takut, Andre yang ada di depannya tampak aneh, dia sangat berbeda dengan Andre yang dikenalnya sejak kecil, Andre yang baik dan seperti kakak baginya, apa yang terjadi? Dan Andre bilang kepada Leanna ‘anak kita’? bukankah Andre seorang gay?

“Mungkin aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar kepadamu, yang pasti aku membawamu kemari untuk membalaskan dendam Leanna... dendam kami berdua... kau adalah pembunuh cahaya hidup kami, kau membunuh calon anak kami dan juga membunuh cahaya di mata Leanna...” Andre mengeluarkan pistol di tangannya dan menodongkannya kepada Saira, “Aku akan membuatmu terjun dari balkon ini, dan kehilangan bayimu... sama seperti yang terjadi kepada Leanna...”

Oh Tuhan! Andre! Apa yang kau pikirkan?” Saira mundur ketakutan karena todongan pistol  itu sekaligus akan kata-kata Andre.

Ketika dia hendak memikirkan cara menyelamatkan dirinya dan bayinya, pintu kamar itu digedor dengan kuat,

“Andre!! Apapun rencanamu, lepaskan Saira! Aku membawa polisi di luar, mereka sudah mengepung rumah ini, kau tak akan bisa lolos!”

Itu suara Leo, ada kecemasan dan kepanikan di dalamnya, dia menggedor- gedor pintu itu sekuat tenaganya, Andre melirik ke arah pintu dan tersenyum sinis, menatap ke arah Leanna,

“Dengarkan itu Leanna, kakakmu yang pengecut dan pengkhianat.... dia meninggalkanmu demi perempuan ini, sama seperti ayahmu..dia juga harus mendapatkan ganjarannya.”

Saira tertegun. Semua terjawab sudah. Andre bilang bahwa Leo adalah kakak Leanna. Jadi Leo tidak pernah menduaka dirinya, tidak pernah ada perempuan lain. Semua ini adalah manipulasi Andre untuk membawanya ke rumah ini. Hati Saira terasa nyeri memikirkan semua tuduhan-tuduhannya kepada Leo.

Dia bersalah kepada Leo... akankah dia mempunyai kesempatan untuk meminta maaf kepada Leo? Diliriknya pistol yang masih diacungkan oleh Andre kepadanya, dan merasa ragu.

Sementara itu ekspresi Leanna tampak berubah, dia mengenali suara Leo yang sedang berteriak-teriak di luar pintu, “Leo...? kakak....?” dia tampak bingung dan menggapai-gapai, tetapi Andre memegang tangannya dan bergumam tegas, “Kau harus kuat Leanna, dia pengkhianat, dia bilang akan membalaskan dendam demi dirimu, tetapi kemudian dia jatuh cinta kepada Saira dan tidak bisa menahannya...”

Leo jatuh cinta kepadanya? Saira merasakan rasa bersalah menghujamnya...
.
“Kita harus membunuh Saira demi dendam anak kita, Leanna...” Andre terus bergumam untuk membunuh keraguan Leanna, ketika Leanna tampak tenang dan tidak panik lagi mendengar suara gedoran Leo di luar, Andre menatap dingin ke arah Saira, “Kau... melangkah ke sana.”

Saira mengikuti arah kepala Andre menoleh dan tiba-tiba gemetar, Andre menyuruhnya melangkah ke balkon.. apakah lelaki itu akan melaksanakan ancamannya untuk menyuruhnya terjun dari balkon? Setega itukah Andre kepadanya?

“Kau tidak benar-benar akan menyuruhku terjun bukan Andre?” Saira menatap Andre ragu dan ketakutan.

“Tentu saja aku akan melakukannya, aku bisa membalasmu dan Leo... kalian berdua harus menanggung penderitaan, sama seperti yang kami tanggung...” Ande menggerakkan pistolnya dan menyuruh Saira melangkah ke arah balkon, Saira melirik ke arah suara berdebum di pintu, tahu bahwa Leo dan beberapa polisi mencoba mendobrak pintu, dan dia berharap semoga Leo tidak terlambat.

Saira melangkah ke balkon dengan jantung berdebar, dia menghela napas ketika Andre terus menodongkan pistolnya dan menyuruhnya sampai ke pinggir. Andre tampaknya terpusat pada Saira dan tidak terpengaruh dengan suara dobrakan-dobrakan di pintu, dia menoleh ke arah Leanna dan tersenyum,

“Sayang kau tidak bisa melihatnya Leanna, saat-saat kemenangan kita tetapi aku akan menceritakan kepadamu bagaimana Saira melompat dan kehilangan bayinya, sama sepertimu...”

Tiba-tiba terdengar suara dentuman keras dan pintu itu didobrak dengan kencang sampai terjatuh. Leo berdiri di sana terengah-engah dengan beberapa polisi di belakangnya.

“Lepaskan isteriku, Andre!” Leo berseru dengan suara keras bercampur kecemasan, dia melangkah maju, tapi Andre melirik ke arahnya dengan benci,

“Tahan! Kalau kau maju sedikit lagi, aku akan menembakmu!” serunya, menodongkan pistolnya ke arah Leo.

Leo menatap Saira yang berdiri di balkon dengan cemas, kecemasan murni dari seorang lelaki yang mencintai. Kenapa Saira tidak menyadarinya?

“Tembak saja aku kalau itu memuaskanmu, tetapi jangan lukai Saira.”

Andre tertawa, “Tidak melukai Saira? Dia adalah tujuanku selama ini. Aku mencintai Leanna kau tahu? Aku mengenalnya ketika dia mencari-cari informasi tentang Saira. Aku yang memeluknya ketika dia menangis sedih ketika menyadari bahwa ayahnya lebih memilih Saira daripada dirinya.... sementara kau sebagai kakaknya malahan sibuk dengan urusanmu sendiri. Aku adalah ayah dari anak yang dikandung Leanna...dan karena ketidakbecusanmu menjaga Leanna, kau membuat kami kehilangan calon buah hati kami!”, napas Andre terengah, “Sekarang kami akan membalaskan dendam kepada kalian!”

Leo mengalihkan tatapannya kepada Leanna yang tampak bingung, dia tahu adiknya itu tidak bisa berpikir dengan sempurna dan Andre sedang memanfaatkan kelabilannya,

"Bagaimana kau tahu itu anakmu? Leanna tidak membantah ketika aku bertanya apakah lelaki bernama Edo yang terakhir tampak akrab dengannya,  adalah ayah dari anak yang dikandungnya."

Andre mencibir, "Leanna tidak membantah tetapi juga tidak mengiyakan bukan?" matanya menajam, "Bagaimanapun aku tahu pasti anak itu adalah anakku. Dan aku akan membalaskan dendam atas kematiannya yang sia-sia..."

“Kalau kau mau membalas dendam, balas dendamlah kepadaku.... aku yang bersalah.” Ditatapnya Andre dengan tajam, “Kau bukan? Yang membakar rumah dan rumah kaca Saira?”

Saira tersentak kaget, jadi Andre pelakuknya? Bukan Leo?

Andre sendiri tertawa keras mendengarkan kata-kata Leo, “Ya, aku yang melakukannya, karena dari Saira aku tahu bahwa kau mulai lembek, lemah dan mulai mengkhianati rencana balas dendammu... aku melakukannya supaya Saira menuduhmu sebagai pelakunya.”

Leo tampak jijik, tetapi dia lalu menatap Andre setengah membujuk, “Lepaskan Saira oke? Aku yakin bahwa Leanna juga tidak menginginkan semua ini... benar kan Leanna?”

Rupanya strategi Leo untuk menarik Leanna berhasil, perempuan itu tampak goyah lagi,

“Kakak...?”

“Aku disini sayang..” Leo menjawab lembut, “Kau tidak menginginkan semua ini kan sayang? Kau tidak menginginkan pembalasan sekejam ini kan Leanna?”

“Diam!” Andre menghardik dengan marah, “Jangan coba-coba mempengaruhi Leanna! Kau juga mengkhianatinya seperti yang lain! Kau tidak tahu apa yang diinginkan Leanna, akulah yang paling tahu!”

“Aku kakak Leanna, akulah yang bisa menjaganya!”

“Akulah penjaga sejati Leanna, karena aku satu-satnya yang tidak mengkhianatinya!” Andre menodongkan pistplnya dengan mengancam ketika melihat gerakan maju Leo, “Jangan maju lagi, aku akan menembakmu!”

“Kau tidak akan bisa, kalau kau menembakku polisi dibelakang akan menembakmu juga dan membunuhmu!” Leo bergumam parau, kemudian  menerjang maju,

Membuat Saira menjerit, dan Leanna tampak bingung.

Andre sendiri tidak mengira bahwa Leo akan maju dan menerjangnya, dia dengan reflek menarik pelatuknya dan menembak.

Suara tembakan keras terdengar, diiringi dengan tubuh Leo yang rubuh. Para polisi di belakang langsung menembak tangan Andre, membuat pistol itu terjatuh dari tangannya.

Saira menjerit keras, begitupun Leanna yang berteriak-teriak histeris.

Semua kejadian berlangsung begitu cepat setelahnya, semuanya tampak kacau balau dan membuat Saira seketika itu juga kehilangan kesadarannya.
***

Ketika Saira membuka matanya, dia sudah berada di rumah sakit, ruangan itu serba putih dan bau obat, dia meraba perutnya dan langsung terduduk dengan cemas.

Sebuah tangan kuat menahannya,

“Tenang, Saira. Bayimu tidak apa-apa..”

Saira menoleh dan melihat Leo menahannya dengan sebelah tangannya, lelaki itu tampak pucat, dan sebelah ada perban di lengannya, rupanya tembakan Andre mengenai lengannya.

Leo mengikuti tatapan Saira ke lengannya dan meringis, “Tidak fatal kok, hanya menyerempet lengan...”

Saira menatap Leo dengan cemas, “Andre? Leanna?”

“Andre tertembak tangannya juga, oleh polisi. Dia sekarang di rawat dalam penjagaan polisi. Leanna baik-baik saja, dia di dalam bimbingan psikiaternya.”

Saira memikirkan tentang ibu dan adik-adik Andre dan tiba-tiba merasa cemas, “Bagaimana dengan keluarga Andre?”

“Polisi sudah menginformasikannya kepada mereka, mereka sekarang ada di kantor polisi.”

“Mereka pasti bingung...” Saira meringis sedih.

“Sama bingungnya seperti dirimu kan Saira? Aku juga tidak menyangka, aku terlambat mendapatkan informasi, maafkan aku seandainya aku lebih teliti, pasti insiden ini tidak akan terjadi.”

Saira menghela napas panjang, “Kau tidak pernah percaya bahwa Andre adalah seorang gay, dan kau benar.”

Leo mengangkat bahunya dan tersenyum, “Biasanya seorang lelaki mempunyai insting tersendiri mengenai hal itu.”

Saira menatap Leo dengan bingung, “Maukah kau menjelaskan semuanya kepadaku, kumohon? Semua ini... semua ini terlalu membingungkan untukku, aku tidak mengerti apa yang terjadi...”

Leo menggenggam tangan Saira menatapnya dengan lembut, “Aku mau... berbaringlah.”
Dengan segera Saira mengikuti permintaan untuk berbaring, matanya masih menatap Leo dengan penuh rasa ingin tahu,

“Aku akan menjelaskan semuanya kepadamu, dari awal... tetapi sebelumnya kuharap kau mau mendengarkanku..”

“Mendengarkan apa?”

“Bahwa aku mencintaimu, Saira. Dengan sepenuh hatiku, perasaan ini muncul di luar kendaliku, aku mencintaimu begitu saja. Bahkan di saat aku sedang berusaha bersikap kasar kepadamu, jauh di dalam hatiku aku tetap mencintaimu.”

Saira tertegun ,menatap Leo dan menyadari bahwa laki-laki itu tulus. Leo meremas jemari Saira dan meringis sedih, “Kelakuan kasarku di awal pernikahan kita memang sangat keterlaluan... aku harap, setelah mendengarkan penjelasan ini.. kau.. setidaknya kau bisa mempertimbangkan untuk memaafkanku, memberi kesempatan kepadaku untuk memperbaiki semuanya, memulai semuanya dari awal...”

Lalu kisah itupun mengalir dari bibir Leo, semua kebenaran itu, semua rahasia itu, semuanya terkuak satu demi satu, lapis demi lapis hingga menyisakan satu pengertian yang mendalam.
***

“Begitulah kisahnya.” Leo mengakhiri kisahnya, “Aku memang mendekatimu karena dendam tersembunyi, tetapi aku tanpa sadar sudah mencintaimu. Bayi di kandunganmu... itu menyadarkanku bahwa aku amat sangat mencintaimu dan tidak bisa hidup tanpamu, aku mohon Saira, berilah aku kesempatan, aku akan menebus semuanya, aku akan menjagamu dan anak kita.” Leo menatap Saira dengan ragu, “Apakah setelah semua perlakukan jahatku itu... kau.. kau masih menyimpan setidaknya sedikit cinta untukku?”

Saira tertegun, mencoba menelaah semua kisah yang diceritakan Leo dengan sedalam mungkin. Semua terasa mengejutkan, kenyataan tentang ayah kandungnya, kisah cinta ibunya dan juga kisah Leanna yang menyedihkan.... pantas saja Leo menuduhnya bertanggung jawab, sama seperti Andre.... ah ya Tuhan, Andre pasti sangat mencintai Leanna dan calon anaknya.

Saira menatap Leo, sebenarnya dalam hatinya ingin sekali mempermainkan perasaan lelaki ini, berpura-pura sudah tidak mencintainya lagi, mengingat betapa kejamnya kelakuan lelaki itu di awal-awal pernikahannya dulu, tetapi rupanya perasaan cintanya terlalu besar kepada Leo. Cinta itu tetap ada, bahkan di masa-masa perlakukan terburuk Leo kepadanya.

“Kau sangat kejam kepadaku dulu.”

“Aku memang bersalah.” Leo meringis pedih, “Aku memang keterlaluan.”

“Kata-katamu juga kasar.”

“Itupun aku mengakuinya, maafkan aku Saira.”

“Kau membuatmu menangis setiap malam.”

“Maafkan aku..” Leo tampak tersiksa, “Aku tidak pernah menikmati tangisanmu, hatiku terasa pedih mendengarnya, tetapi saat itu aku tidak sadar bahwa dendam tidak ada gunanya, bahwa kau sebenarnya tidak bersalah.”

“Kau menyakitiku.”

“Tidak akan kulakukan lagi, aku bersumpah. Kalau kau memberiku kesempatan, aku akan berusaha sepenuh hati agar kau tidak tersakiti sedikitpun.”

Saira menggeleng, “Tidak.”

“Tidak?” Leo tampak cemas luar biasa, “Kau tidak mau memberiku kesempatan lagi?”

Saira menghela napas panjang, “Aku memang tersakiti sedemikian rupa tapi tidak..aku tidak apa-apa...” tiba-tiba dadanya terasa sesak dan air mata menetes dari sudut matanya, “Tetapi aku mencintaimu Leo... sepenuh hatiku, dan perasaan itu selalu ada.”

Oh Tuhan.” Leo menggunakan jemarinya untuk mengusap sudut mata Saira, menyingkirkan air matanya, “Maafkan aku Saira, maafkan aku.” Ketika Saira tidak menolak, Leo merengkuh Saira ke dalam pelukannya dengan sebelah tangannya yang tidak terluka. “Aku mencintaimu, Saira, aku mencintaimu..”

Saira membalas pelukan Leo, menenggelamkan wajahnya ke dalam pelukan lelaki itu, lelaki yang sangat dicintainya. Ah ya Tuhan... dia sangat bersyukur karena jalannya seperti ini. Dulu dia memang sempat menderita dan bingung, mempertanyakan jalan Tuhan kepadanya. Tetapi ternyata mereka diberi ujung yang indah.

Jemari Leo menyentuh lembut perutnya dan mengusapnya, “Dia akan menjadi cahaya dalam kehidupan kita, anak kita... semoga aku bisa menjaga kalian berdua.”

“Kau sudah menjaga kami berdua.” Suara Saira serak oleh tangis, “Aku yakin kedepannyapun kau bisa menjaga kami berdua.”

Leo mengangkat dagu Saira, lalu mengecup bibirnya lembut, “Maafkan aku atas kekasaran dan sikap jahatku kepadamu, maafkan aku atas semua rahasia yang kusembunyikan kepadamu. Maafkan aku atas kelakuan burukku.... dan terimakasih karena masih mencintaiku, bahkan di saat aku begitu sulit untuk dicintai.”

Saira tersenyum kepada Leo, menatap mata Lelaki itu yang berkaca-kaca. Harapannya terkembang luas, akan masa depannya bersama Leo dan anak-anak mereka nanti. Dia percaya bahwa mereka bisa menyelesaikan semua permasalahan ini, meluruskan semua dendam, memaafkan semua kesalahan dan membangun hidup mereka bersama.

Saira percaya bahwa dia akan berbahagia bersama Leo, dan juga bersama buah cinta mereka yang akan lahir nanti

 THE END
Sumber :
 

De_windows © 2008. Template Design By: SkinCorner