Minggu, 13 Januari 2013

Habibie&Ainun



Sinopsis Film Habibie & Ainun
Tentang cinta, kesetiaan, ketulusan, pengorbanan, pengabdian, dan segala sesuatu yang menjadikan kebersamaan adalah kebahagiaan, bukan sekedar keterikatan atau rasa memiliki.
BJ Habibie, seorang pelajar yang semenjak duduk di bangku SD telah memperlihatkan kepintaran nya, atau mungkin kejeniusan nya. Dipertemukan oleh guru nya dengan seorang siswi yang juga memiliki kepintaran seperti dirinya dalam menjawab suatu pertanyaan. “Kenapa langit berwarna biru?” “ ……dan warna biru adalah gelombang pendek yang frekuensi nya sama dengan atmosfer yang juga gelombang pendek, sehingga warna biru ditahan oleh atmosfer dan dibiaskan, jadilah langit berwarna biru.”
Lama tidak berjumpa dengan Ainun, Habibie melanjutkan kuliahnya di Jerman dengan jurusan teknik mesin, ketertarikannya pada perkembangan alat transportasi. Namun ternyata Habibie muda mengidap penyakit TBC semenjak muda, hingga suatu hari pada saat presentasi nya, ia terjatuh sakit dan harus dirawat, hampir mendekati ajalnya, Habibie menulis di secarik kertas, janji pengabdiannya pada ibu pertiwi, Indonesia.
Pulang ke Bandung tempat keluarga nya, Habibie diperintahkan oleh ibunya menemani sang kakak berkunjung ke rumah Ainun untuk mengantar beberapa barang. Habibie yang ingat semasa kecilnya pernah mengolok Ainun “Ainun, kamu itu jelek, hitam, seperti gula jawa”, tidak ikut kakak nya masuk ke dalam rumah Ainun, beberapa saat menunggu, kaki Habibie tergerak untuk masuk ke dalam rumah itu, dilihatnya beberapa foto keluarga Ainun, dan terdengar suara mesin jahit yang menuntun langkah Habibie untuk mendekatinya, Ainun.
“sudah jadi gula pasir yah sekarang”. Celetukan Habibie pada Ainun membuat mereka tertawa bersama. Dan itu adalah awal kunjungan Habibie untuk Ainun yang pada akhirnya menuntun Habibie untuk terus berkunjung, dan pada akhirnya melamar Ainun. Habibie ingat sekali, ia melamar ibu Ainun di dalam sebuah becak yang mengantar nya menuju ke rumah Ainun sehabis mereka pergi ke tempat dansa.
“Ainun, maukah kau ke Jerman bersamaku, kawani aku, temani aku, jadi istriku, kita buat keluarga, hanya kita tanpa campur tangan keluarga besar kita, aku tidak bisa menjanjikan kehidupan disana, mungkin kita akan susah, tetapi aku akan menjadi suami terbaik mu.”
“Aku tidak bisa berjanji, aku tidak bisa berjanji akan menjadi istri yang baik bagi mu, tapi aku akan selalu mendampingimu.”
Mereka menikah, dan Habibie mambawa Ainun turut serta ke Jerman.
Dengan kerja keras Habibie berusaha member nafkah pada Ainun dan calon bayi mereka, demi Habibie dan calon bayi mereka Ainun menjadi ibu rumah tangga dan mengubur keinginan nya melanjutkan pekerjaan nya sebagai dokter. Namun Ainun dengan tulus dan ikhlas mendampingi Habibie.
Demi berhemat, Habibie rela berjalan cukup jauh dari kantor nya menuju rumah nya dan menyisihkan uang transportnya. Bahkan Habibie tetap memakai sepatunya yang telah rusak ditengah gundukan-gundukan salju yang membekukan kakinya.
Bersabar adalah kuncinya, yakin, berdoa, dan berusaha adalah jalannya. Ainun tetap bersabar dengan kondisi yang mereka hadapi, sampai akhirnya Habibie berhasil membuktikan eksperimen nya, dan mempelopori kereta modern di Jerman. Hal itu turut menaikkan tingkat perekonomian keluarga nya. Habibie kecil telah lahir saat mereka sudah memiliki rumah yang lebih layak untuk ditinggali.
Habibie mengirimkan surat kepada pemerintah NKRI atas keinginan nya kembali ke Indonesia dan mengabdikan diri untuk kemajuan Indonesia, namun penolakan secara halus yang ia terima. Habibie tidak pantang menyerah, ia terus berkarya di Jerman, sampai pada akhirnya pemerintah Indonesia mengundangnya untuk kembali ke Indonesia.
Sebuah pilihan yang sulit karena pada saat itu, ibu Ainun baru saja diterima bekerja di sebuah ruma\h sakit di Jerman. Diskusi diantara mereka, dank arena didasari oleh pengertian, ibu Ainun mendukung Habibie untuk kembali ke Indonesia, sementara beliau dan kedua anak mereka akan tetap di Jerman dan menyusul kemudian.
Habibie memulai pengabdiannya, memenuhi janjinya. Ia memimpin Dirgantara Indonesia memproduksi sebuah pesawat N250, dan menjadi seorang menteri untuk Indonesia di masa pemerintahan (Alm)Bpk Soeharto.
Ibu Ainun telah kembali pulang ke Indonesia, dan menemani Habibie sampai produksi pesawat N250 selesai dan melakukan penerbangan pertamanya. Hal ini disambut antusias oleh seluruh rakyat Indonesia.
Setelahnya, saat masa jabatan menteri yang di emban oleh Bpk Habibie akan berakhir, ibu Ainun memberikan saran agar beliau pension dan jalan-jalan bersama keluarga. Baru saja rencana tersebut ingin direalisasikan, presiden pada masa itu mengangkat Bapak Habibie sebagai Wakil Presiden.
Dan kembalilah Bpk Habibie menjalani kesehariannya dengan tugas negara, dan pada saat itu kondisi perekonomian Indonesia sedang terpuruk, terjadi demonstrasi dimana-mana, dan pada akhirnya Bapak Presiden Soeharto mengundurkan diri dan dilantiklah B J Habibie sebagai kepala negara yang baru.
Dalam masa pemerintahan nya yang singkat, dengan segala pertimbangan Presiden Habibie mengambil keputusan melakukan jajak pendapat di Timor-Timor, yang pada akhirnya NKRI harus melepas Timor-Timor untuk menjadi sebuah negara merdeka.
B J Habibie turun dari jabatannya sebagai Presiden dan menikmati hari-hari nya di Jerman bersama ibu Ainun. Tanpa diketahuinya, ibu Ainun menyembunyikan kondisi kesehatan nya dari Habibie, ia menderita kanker ovarium.
Sepulangnya dari Jerman ke Indonesia dan hendak melanjutkan perjalanan ke Singapura, Habibie dan Ainun sama-sama memeriksakan kesehatan, dan dari sanalah baru diketahui oleh Habibie bahwa istri yang sangat ia cintai mengidap kanker stadium 3-4.
Sesegera mungkin Habibie mengurus keberangkatan mereka ke Jerman untuk pengobatan. Dan disana ibu Ainun berjuang dalam masa-masa kritisnya, menjalani berkali-kali operasi, dan pada akhirnya meninggal.

0 komentar:

Posting Komentar

 

De_windows © 2008. Template Design By: SkinCorner