Sinopsis Film Habibie & Ainun
Tentang
cinta, kesetiaan, ketulusan, pengorbanan, pengabdian, dan segala sesuatu yang
menjadikan kebersamaan adalah kebahagiaan, bukan sekedar keterikatan atau rasa
memiliki.
BJ Habibie, seorang pelajar yang semenjak duduk
di bangku SD telah memperlihatkan kepintaran nya, atau mungkin kejeniusan nya.
Dipertemukan oleh guru nya dengan seorang siswi yang juga memiliki kepintaran
seperti dirinya dalam menjawab suatu pertanyaan. “Kenapa langit berwarna biru?”
“ ……dan warna biru adalah gelombang pendek yang frekuensi nya sama dengan
atmosfer yang juga gelombang pendek, sehingga warna biru ditahan oleh atmosfer
dan dibiaskan, jadilah langit berwarna biru.”
Lama tidak berjumpa dengan Ainun, Habibie
melanjutkan kuliahnya di Jerman dengan jurusan teknik mesin, ketertarikannya
pada perkembangan alat transportasi. Namun ternyata Habibie muda mengidap
penyakit TBC semenjak muda, hingga suatu hari pada saat presentasi nya, ia
terjatuh sakit dan harus dirawat, hampir mendekati ajalnya, Habibie menulis di
secarik kertas, janji pengabdiannya pada ibu pertiwi, Indonesia.
Pulang ke Bandung tempat keluarga nya, Habibie
diperintahkan oleh ibunya menemani sang kakak berkunjung ke rumah Ainun untuk
mengantar beberapa barang. Habibie yang ingat semasa kecilnya pernah mengolok
Ainun “Ainun, kamu itu jelek, hitam, seperti gula jawa”, tidak ikut kakak nya
masuk ke dalam rumah Ainun, beberapa saat menunggu, kaki Habibie tergerak untuk
masuk ke dalam rumah itu, dilihatnya beberapa foto keluarga Ainun, dan terdengar
suara mesin jahit yang menuntun langkah Habibie untuk mendekatinya, Ainun.
“sudah jadi gula pasir yah sekarang”. Celetukan
Habibie pada Ainun membuat mereka tertawa bersama. Dan itu adalah awal
kunjungan Habibie untuk Ainun yang pada akhirnya menuntun Habibie untuk terus
berkunjung, dan pada akhirnya melamar Ainun. Habibie ingat sekali, ia melamar
ibu Ainun di dalam sebuah becak yang mengantar nya menuju ke rumah Ainun
sehabis mereka pergi ke tempat dansa.
“Ainun, maukah kau ke Jerman bersamaku, kawani
aku, temani aku, jadi istriku, kita buat keluarga, hanya kita tanpa campur
tangan keluarga besar kita, aku tidak bisa menjanjikan kehidupan disana,
mungkin kita akan susah, tetapi aku akan menjadi suami terbaik mu.”
“Aku tidak bisa berjanji, aku tidak bisa
berjanji akan menjadi istri yang baik bagi mu, tapi aku akan selalu
mendampingimu.”
Mereka menikah, dan Habibie mambawa Ainun turut
serta ke Jerman.
Dengan kerja keras Habibie berusaha member
nafkah pada Ainun dan calon bayi mereka, demi Habibie dan calon bayi mereka
Ainun menjadi ibu rumah tangga dan mengubur keinginan nya melanjutkan pekerjaan
nya sebagai dokter. Namun Ainun dengan tulus dan ikhlas mendampingi Habibie.
Demi berhemat, Habibie rela berjalan cukup jauh
dari kantor nya menuju rumah nya dan menyisihkan uang transportnya. Bahkan
Habibie tetap memakai sepatunya yang telah rusak ditengah gundukan-gundukan
salju yang membekukan kakinya.
Bersabar adalah kuncinya, yakin, berdoa, dan
berusaha adalah jalannya. Ainun tetap bersabar dengan kondisi yang mereka
hadapi, sampai akhirnya Habibie berhasil membuktikan eksperimen nya, dan
mempelopori kereta modern di Jerman. Hal itu turut menaikkan tingkat
perekonomian keluarga nya. Habibie kecil telah lahir saat mereka sudah memiliki
rumah yang lebih layak untuk ditinggali.
Habibie mengirimkan surat kepada pemerintah
NKRI atas keinginan nya kembali ke Indonesia dan mengabdikan diri untuk
kemajuan Indonesia, namun penolakan secara halus yang ia terima. Habibie tidak
pantang menyerah, ia terus berkarya di Jerman, sampai pada akhirnya pemerintah
Indonesia mengundangnya untuk kembali ke Indonesia.
Sebuah pilihan yang sulit karena pada saat itu,
ibu Ainun baru saja diterima bekerja di sebuah ruma\h sakit di Jerman. Diskusi
diantara mereka, dank arena didasari oleh pengertian, ibu Ainun mendukung
Habibie untuk kembali ke Indonesia, sementara beliau dan kedua anak mereka akan
tetap di Jerman dan menyusul kemudian.
Habibie memulai pengabdiannya, memenuhi
janjinya. Ia memimpin Dirgantara Indonesia memproduksi sebuah pesawat N250, dan
menjadi seorang menteri untuk Indonesia di masa pemerintahan (Alm)Bpk Soeharto.
Ibu Ainun telah kembali pulang ke Indonesia,
dan menemani Habibie sampai produksi pesawat N250 selesai dan melakukan
penerbangan pertamanya. Hal ini disambut antusias oleh seluruh rakyat
Indonesia.
Setelahnya, saat masa jabatan menteri yang di
emban oleh Bpk Habibie akan berakhir, ibu Ainun memberikan saran agar beliau
pension dan jalan-jalan bersama keluarga. Baru saja rencana tersebut ingin
direalisasikan, presiden pada masa itu mengangkat Bapak Habibie sebagai Wakil
Presiden.
Dan kembalilah Bpk Habibie menjalani
kesehariannya dengan tugas negara, dan pada saat itu kondisi perekonomian
Indonesia sedang terpuruk, terjadi demonstrasi dimana-mana, dan pada akhirnya
Bapak Presiden Soeharto mengundurkan diri dan dilantiklah B J Habibie sebagai
kepala negara yang baru.
Dalam masa pemerintahan nya yang singkat,
dengan segala pertimbangan Presiden Habibie mengambil keputusan melakukan jajak
pendapat di Timor-Timor, yang pada akhirnya NKRI harus melepas Timor-Timor
untuk menjadi sebuah negara merdeka.
B J Habibie turun dari jabatannya sebagai
Presiden dan menikmati hari-hari nya di Jerman bersama ibu Ainun. Tanpa
diketahuinya, ibu Ainun menyembunyikan kondisi kesehatan nya dari Habibie, ia
menderita kanker ovarium.
Sepulangnya dari Jerman ke Indonesia dan hendak
melanjutkan perjalanan ke Singapura, Habibie dan Ainun sama-sama memeriksakan
kesehatan, dan dari sanalah baru diketahui oleh Habibie bahwa istri yang sangat
ia cintai mengidap kanker stadium 3-4.
Sesegera mungkin Habibie mengurus keberangkatan
mereka ke Jerman untuk pengobatan. Dan disana ibu Ainun berjuang dalam
masa-masa kritisnya, menjalani berkali-kali operasi, dan pada akhirnya
meninggal.
0 komentar:
Posting Komentar