SEJARAH MIE
SESUAI catatan sejarah, mie pertama kali dibuat di daratan China
sekitar 2000 tahun yang lalu pada masa pemerintahan Dinasti Han. Dari China,
mie berkembang dan menyebar ke Jepang, Korea, Taiwan dan negara-negara di Asia
Tenggara bahkan meluas sampai kebenua Eropa.Di benua Eropa, mie mulai dikenal
setelah Marco Polo berkunjung ke China dan membawa oleh-oleh mie. Namun, pada
perkembangannya di Eropa mie berubah menjadi pasta seperti yang kita kenal saat
ini.
Sesungguhnya seni menggiling gandum telah lebih dahulu
berkembang di Timur Tengah, seperti di Mesir dan Persia. Logikanya, mie juga
mula-mula berkembang di sana dan diajarkan sebagai sebagai lembaran-lembaran
tipis menyerupai mie. Pada awalnya mie diproduksi secara manual, baru pada
tahuan 700-an sejarah mencatat terciptanya mesin pembuat mie berukuran kecil
dengan menggunakan alat mekanik.
Evolusi pembuatan mie berkembang secara besar-besaran setelah T
Masaki pada tahun 1854 berhasil membuat mesin pembuat mie mekanik yang dapat
memproduksi mie secara massal. Sejak saat itu, mie mengalami banyak
perkembangan, seperti di China mulai diproduksi mie instant yang dikenal dengan
nama Chicken Ramen dan di Jepang muncul Saparo Ramen (1962).
Sejarah Mie Instans
Barangkali, kita pantas berterima kasih kepada Mamofuku Ando,
pria kewarganegaraan Jepang kelahiran Taiwan tahun 1911. Berkat kerja keras dan
jerih payahnyalah maka kita sekarang ini bisa menikmati kelezatan mie instan.
Makanan cepat saji dengan banyak sekali penggemar, yang masuk ke wilayah
Indonesia pertama kali pada pertengahan tahun 1960-an.
Dahulu, semenjak ditinggal oleh orangtuanya, Ando kecil yang
berumur (3) tiga tahun terpaksa harus membantu neneknya untuk mengurus rumah.
Balita ingusan itu pun terpaksa harus mengurus dan menjaga toko milik neneknya.
Belum lagi ditambah dengan tanggung jawab mengurus cucian pakaian dan memasak
untuk seluruh keluarga. Hasilnya sangat positif. Ando kecil, menjadi terampil
dan pandai memasak , akan tetapi ada konsekwensi yang harus diambil yaitu
sekolahnya menjadi terlantar. Nilai pelajaran Ando banyak yang merah. Bahkan
Ando pernah terancam tidak naik kelas.
Menjadi pedagang yang sukses adalah angan-angannya sejak masa
sekolah dulu. Harta peninggalan orangtuanya pun digunakan untuk berdagang
pakaian rajutan di Taiwan dan Osaka-Jepang. Usahanya dapat terbilang maju,
meskipun pada masa itu pakaian rajutan hanya digunakan pada musim-musim
tertentu seperti di musim dingin. Dari usahanya ini, Ando bisa kembali
menyelesaikan pendidikan ke bangku sekolah menengah yang sempat terbengkalai.
Suksesnya dalam berdagang, membuatnya melebarkan sayap bisnis.
Mulai dari pakaian, bahan tekstil, senjata, onderdil, hingga mesin-mesin berat.
Suatu kali, nasib buruk menimpa Ando. Ia dituduh melakukan korupsi dalam
perdagangan senjata dan onderdil bahan baku pesawat terbang. Ia lantas
dijebloskan ke sel tahanan. Setelah dua tahun masa tahanannya, ia pun
dibebaskan.
Pada tahun 1956, di usianya yang ke-45, harta satu-satunya yang
ia miliki adalah rumah. Kala itu, Amerika Serikat sedang gencar-gencarnya
menyumbangkan gandum ke seluruh wilayah Jepang yang sedang mengalami kesulitan
pangan. Harga terigu menjadi sangat murah. Pemerintah Jepang pun menganjurkan
seluruh rakyatnya untuk mengkonsumsi roti gandum dan terigu sebagai pengganti
nasi.
Melihat banyak sekali orang yang melahap mie di dekat Pasar
Harikyu di Osaka-Jepang, maka pikiran Ando mulai tergugah. Kenapa tidak membuat
mie berbahan dasar terigu? Bukankah orang Jepang sangat menyukai mie? Apalagi
mie adalah makanan pokok yang dirasa sangat enak, murah, tahan lama, dan tidak
terlalu sulit untuk mengolahnya. Ide cemerlang itu kemudian bergulir di
benaknya. Cuma ia tidak mau membuat mie biasa yang sudah banyak beredar di
pasaran. Ia ingin membuat mie dengan bentuk lain yang lebih enak, lebih cepat
diolah, lebih efisien, serta gampang didapat di mana-mana.
Ando mulai mewujudkan impiannya dengan membeli mesin pembuat mie
dan bereksperimen membuat mie instan di emper (teras /beranda) rumahnya. Mula-mula
adonan mie yang sudah berbentuk mie digoreng agar lebih awet, gurih dan cepat
diolah. Lalu ia pun menimbang-nimbang rasa untuk kuahnya itu. Dipilihnya kuah
ayam, karena rasanya yang netral dan tidak amis. Sorenya, Ando mulai membawa
sekeranjang contoh mie-nya ke pasar. Ternyata seluruh mie-nya ludes terjual di
hari itu juga!
Pertengahan tahun 1958. Mamofuku Ando sudah mulai kewalahan
menangani pesanan. Rumahnya yang kecil, sudah tidak kuasa menampung pesanan. Ia
lalu memindahkan usahanya itu ke sebuah gudang murah yang kosong di Osaka. Di
sanalah Ando yang dibantu oleh keluarganya membuat mie instan. Sejak itulah,
banyak perusahaan dan toko-toko besar berebut ingin menjadi penyalur mie
instan-nya.
Pada bulan Desember 1958, Ando menamakan perusahaannya Nissin
Food Industries. Dengan seiring dinamakannya produk mie instannya, maka orang
mulai mengingat merk tersebut sebagai merk mie instan pertama yang amat
digemari di Jepang.
Tahun 1960, ia membuka pabrik kedua, dan pada tahun 1961,
lahirlah pabrik ketiga dan keempat yang tersebar di beberapa wilayah di Jepang.
Meski mie instan sangat laris, ia tidak bosan-bosan bereksperimen untuk
memperbaiki mutu dan cita rasa. Ia selalu melibatkan keluarga, teman, dan
masyarakat sekitarnya untuk mencicipi mie-mie instan baru yang ia ciptakan.
Cara ini ia tempuh, untuk benar-benar mengetahui selera pasar dalam menilai
hasil racikan mie-nya.
Bicara tentang perbaikan mutu dan kualitas mie instan-nya, Ando
bahkan melakukan perjalanan ke luar negeri untuk memperkenalkan dan menjajaki
selera Eropa terhadap mie instan. Untuk mempelajari kemungkinan tersebut, ia
berkeliling Eropa dan Amerika Serikat tahun 1966.
Di Eropa, ia melihat orang makan mie menggunakan garpu, tanpa
kuah dan memakai piring sebagai alas makan. Menyeruput kuah mie dianggap tidak
sopan. Padahal, orang Jepang biasa menyeruput kuah mie yang panas berasap, ini
bertujuan menambah nafsu makan, semangat, dan menghormati tuan rumah.
Ia juga mengamati ada bahan kaldu yang bisa dilarutkan dengan
air panas tanpa harus memasak. Ando juga akhirnya tahu, bahwa ada
"wadah" kertas sekali pakai dan kertas alumunium sebagai wadah kedap
udara.
Ando pun mulai mendapatkan ilham untuk membuat mie instan dalam wadah berbahan styrofoam, yang untuk kemudian ditutup rapat-rapat dengan lapisan alumunium. Mie instan itu kemudian tidak perlu dimasak, tapi cukup diseduh saja. Supaya tidak hancur terkocok-kocok saat distribusi, kontur mie dibuat agak lebih tebal. Dan dalam kemasannya disediakan garpu untuk menyantap.
Ando pun mulai mendapatkan ilham untuk membuat mie instan dalam wadah berbahan styrofoam, yang untuk kemudian ditutup rapat-rapat dengan lapisan alumunium. Mie instan itu kemudian tidak perlu dimasak, tapi cukup diseduh saja. Supaya tidak hancur terkocok-kocok saat distribusi, kontur mie dibuat agak lebih tebal. Dan dalam kemasannya disediakan garpu untuk menyantap.
Ide ini berbuah manis. Di tahun 1970, Ando memetik sukses dengan
memasarkan mie instan dengan kemasan yang efisien, dan praktis. Ando tidak
hanya memasarkan mie instannya ke seluruh Asia, akan tetapi juga memasarkan mie
instannya ke wilayah Amerika Serikat dan beberapa di negara Eropa. Mereka
menyambut baik impor makanan dari Ando yang inovatif tersebut. Bahkan ada
beberapa pengusaha Eropa yang menjulukinya "The Inovator of The
Year".
Di puncak keberhasilannya, Mamofuku Ando yang pada tahun 1988
genap berumur 77 tahun, membangun dan meresmikan Foodeum Tower di
Shinjuku-Tokyo. Gedung itu sangat legendaris hingga kini, dan disebut juga
sebagai "Istana Mie", karena di dalamnya mempunyai banyak sekali
restoran mie, tempat disko, tempat kursus/pelatihan membuat mie, dan museum mie
dan alat-alat membuat mie.
http://sangkeknews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=172:-asal-usul-mie-a-sejarah-mie-instan&catid=38:tahukah-anda-&Itemid=60
0 komentar:
Posting Komentar