Beach oh Beach
Ga
kerasa, ini hari terakhir disini, hari bebas. Besok sudah harus ke airport, dan
kembali ke kenyataan, jadi pengangguran.
Karena
hari bebas, Rendis ga dateng ke hotel. Aku juga belum tau mau kemana, masih
tidur-tiduran aja di kamar. Masa iyah Daniel beneran cuma mau tidur dan
berenang di hotel??? Aku membuka pintu kamar, dan melangkah maju mengetuk pintu
kamar Daniel, tapi sampai pegal ngetuknya, ga ada jawaban. Mungkin dia sudah
pergi keluar. Aku kembali masuk ke kamar, dan mandi. Baru mau buka keran
shower, ada suara ketukan pintu keras banget, aku lansung keluar kamar mandi,
dan bales teriak “ Siapa? Lagi mandi tau ga sih? Ganggu aja?” Pikirku kalaupun
service room, pasti dia ga ngerti aku bicara apa. Baru mau ngelangkah masuk ke
kamar mandi, ada teriakan ga mau kalah keras nya.
“Mana tau kamu lagi mandi, memangnya aku bisa
lihat, kalau kamu kasih lihat baru aku tahu kamu lagi mandi. Mandi nya cepetan
kalau mau ikut, lebih dari 5 menit aku tinggal, dan selamat bersenang-senang di
hotel.”
Ya ampun, tetangga depan kamar yang sinting.
“Ok”
Aku
langsung buru-buru masuk kamar mandi, sikat gigi, cuci muka, ga pake mandi.
Pakai baju, dan buka pintu kamar, jreng-jreng, dia lagi marah-marah di telepon.
Niat awalnya, aku mau marah-marah protes ke dia, tapi kayanya cari aman aja,
daripada ikutan kena dimarahin seperti yang ditelepon.
Aku
diam sepanjang jalan, kami naik taksi, entah kemana. Tapi sekitar satu jam
kemudian, aku melihat sisi jalan ada pantai, “ Kita ke pantai Daniel?”
“Iyah.”
“Ya ampun, kenapa ga bilang, kan aku ga bawa
baju renang.”
“Siapa yang mau ngasih kamu izin berenang.”
Aku
melotot tanpa kata-kata kali ini ke Daniel, kami berjalan ke arah pantai.
Daniel menarik tangan ku ke sebuah toko, seperti toko peralatan olah raga air.
“cepetan pilih baju renangnya, aku tunggu di
kasir.”
Seperti
orang bodoh, aku berjalan dan mencari baju renang yang kira-kira cocok dengan
ukuran ku. Lalu aku berjalan ka arah kasir.
“Sini, biar aku yang bayar.”
“Ga perlu, aku bisa beli sendiri, lagian kan
pasti gaji kamu sudah habis buat belanja wine.” Aku manatapnya tanpa ekspresi.
“ Ga apa-apa kan aku masih bisa nunggu gaji
bulan depan, kalau kamu, ga tau kapan gajiannya.” Daniel nyengir ke arahku.
“Bener sih, tapi tetep aja, aku ga mau
dibayarin sama kamu, kenal juga ga, pacar juga bukan, keluarga apalagi.” Aku
tetep jaga gengsi, padahal aku tahu, baju renang disini mahal banget.
Saat
kasir memberitahu harganya, aku lupa kalau aku belum tukar uang. Untung otak
cerdasku ingat, aku masih ada kartu kredit di dompet, aku kasih ke kasir,
dan…….. maaf, kartu kredit anda tidak
berlaku. Astaga, kartu kredit bank mana ini, ga bisa di pakai skala internasional.
“cela, utiliser ma carte.” Daniel menyerahkan
sebuah kartu kredit ke arah kasir.
“Nanti aku ganti pakai rupiah.” Jawabku ketus.
Kami bermain di pantai,
Daniel terlihat berjemur di pantai, dan aku sudah pasti tidak mau melewatkan kesempatan
berendam di pantai Prancis. Aku berenang hilir mudik, ke sana kemari, ke kanan
dan ke kiri. Sudah agak sore dan Daniel menghampiri ku “ ayo pulang, sudah mau
malam, aku masih harus berkemas untuk besok.” Daniel langsung melangkah menjauh
dari pantai, otomatis kaki ku berlari mengejarnya, takut ditinggal.
Sesampainya di depan pintu
kamar, sebelum Daniel membuka pintu kamarnya, aku bertanya berapa harga baju
renangnya dalam rupiah.
“Nanti saja, kalau kamu sudah dapat kerja, aku pasti tagih hutang kamu,
tapi tidak sekarang.” Daniel langsung masuk ke dalam kamarnya.
0 komentar:
Posting Komentar