Sabtu, 27 April 2013

Ola..la part5



Beach oh Beach

          Ga kerasa, ini hari terakhir disini, hari bebas. Besok sudah harus ke airport, dan kembali ke kenyataan, jadi pengangguran.
         
          Karena hari bebas, Rendis ga dateng ke hotel. Aku juga belum tau mau kemana, masih tidur-tiduran aja di kamar. Masa iyah Daniel beneran cuma mau tidur dan berenang di hotel??? Aku membuka pintu kamar, dan melangkah maju mengetuk pintu kamar Daniel, tapi sampai pegal ngetuknya, ga ada jawaban. Mungkin dia sudah pergi keluar. Aku kembali masuk ke kamar, dan mandi. Baru mau buka keran shower, ada suara ketukan pintu keras banget, aku lansung keluar kamar mandi, dan bales teriak “ Siapa? Lagi mandi tau ga sih? Ganggu aja?” Pikirku kalaupun service room, pasti dia ga ngerti aku bicara apa. Baru mau ngelangkah masuk ke kamar mandi, ada teriakan ga mau kalah keras nya.

“Mana tau kamu lagi mandi, memangnya aku bisa lihat, kalau kamu kasih lihat baru aku tahu kamu lagi mandi. Mandi nya cepetan kalau mau ikut, lebih dari 5 menit aku tinggal, dan selamat bersenang-senang di hotel.”

Ya ampun, tetangga depan kamar yang sinting.

“Ok”

          Aku langsung buru-buru masuk kamar mandi, sikat gigi, cuci muka, ga pake mandi. Pakai baju, dan buka pintu kamar, jreng-jreng, dia lagi marah-marah di telepon. Niat awalnya, aku mau marah-marah protes ke dia, tapi kayanya cari aman aja, daripada ikutan kena dimarahin seperti yang ditelepon.

          Aku diam sepanjang jalan, kami naik taksi, entah kemana. Tapi sekitar satu jam kemudian, aku melihat sisi jalan ada pantai, “ Kita ke pantai Daniel?”

“Iyah.”

“Ya ampun, kenapa ga bilang, kan aku ga bawa baju renang.”

“Siapa yang mau ngasih kamu izin berenang.”

          Aku melotot tanpa kata-kata kali ini ke Daniel, kami berjalan ke arah pantai. Daniel menarik tangan ku ke sebuah toko, seperti toko peralatan olah raga air.

“cepetan pilih baju renangnya, aku tunggu di kasir.”

          Seperti orang bodoh, aku berjalan dan mencari baju renang yang kira-kira cocok dengan ukuran ku. Lalu aku berjalan ka arah kasir.

“Sini, biar aku yang bayar.”

“Ga perlu, aku bisa beli sendiri, lagian kan pasti gaji kamu sudah habis buat belanja wine.” Aku manatapnya tanpa ekspresi.

“ Ga apa-apa kan aku masih bisa nunggu gaji bulan depan, kalau kamu, ga tau kapan gajiannya.” Daniel nyengir ke arahku.

“Bener sih, tapi tetep aja, aku ga mau dibayarin sama kamu, kenal juga ga, pacar juga bukan, keluarga apalagi.” Aku tetep jaga gengsi, padahal aku tahu, baju renang disini mahal banget.

          Saat kasir memberitahu harganya, aku lupa kalau aku belum tukar uang. Untung otak cerdasku ingat, aku masih ada kartu kredit di dompet, aku kasih ke kasir, dan……..  maaf, kartu kredit anda tidak berlaku. Astaga, kartu kredit bank mana ini, ga bisa di pakai skala internasional.

“cela, utiliser ma carte.” Daniel menyerahkan sebuah kartu kredit ke arah kasir.

“Nanti aku ganti pakai rupiah.” Jawabku ketus.
         
          Kami bermain di pantai, Daniel terlihat berjemur di pantai, dan aku sudah pasti tidak mau melewatkan kesempatan berendam di pantai Prancis. Aku berenang hilir mudik, ke sana kemari, ke kanan dan ke kiri. Sudah agak sore dan Daniel menghampiri ku “ ayo pulang, sudah mau malam, aku masih harus berkemas untuk besok.” Daniel langsung melangkah menjauh dari pantai, otomatis kaki ku berlari mengejarnya, takut ditinggal.
          Sesampainya di depan pintu kamar, sebelum Daniel membuka pintu kamarnya, aku bertanya berapa harga baju renangnya dalam rupiah.

“Nanti saja, kalau kamu sudah dapat kerja, aku pasti tagih hutang kamu, tapi tidak sekarang.” Daniel langsung masuk ke dalam kamarnya.



0 komentar:

Posting Komentar

 

De_windows © 2008. Template Design By: SkinCorner