Teman baruku dan Pekerjaan baruku
2
bulan berlalu dan aku masih berkutat dengan bolak-balik ke kantor pos untuk
mengirim lamaran kerja. Laptopku juga seperti memasang layar protes karena
jenuh melihat wajahku selalu di depannya. Aku membuka berbagai situs yang
menyediakan iklan lowongan kerja, yah walau kadang-kadang jari ini suka tidak
bersahabat dan membuat nyasar ke situs-situs penjualan online.
“Sabar-sabar,
belum punya gaji, mau hutang belum tau kapan bisa bayarnya. No online and
offline shopping”. Jika sudah membaca mantra ini, jariku akan sedikit bertobat
dan kembali mengetik situs-situs yang mudah-mudahan bisa memberikan aku
penghasilan secepatnya.
Berbagai
foto dengan berbagai pose terbaikku aku siapkan, untuk melengkapi syarat-syarat
apply secara online. Termasuk foto-foto ku di Prancis, karena biasanya mereka
akan meminta foto terbaru, dan foto-fotoku di Prancis adalah foto ku yang paling
baru.
Jika
sedang memilah milih foto, foto si jelek tamu tak di undang sering menampakkan
diri. Entah kenapa setiap kali aku melihat fotonya, sudut bibir ku akan ketarik
dan pertunjukan gigi kuning dimulai. Ada beberapa fotonya yang aku ambil candid,mulai
dari yang dia tersenyum, manyun, melotot, teriak, dan ada juga gaya serius nya.
Hampir semua hasil fotonya jelek, ga tau kameranya yang jelek, atau memang
dasarnya dia yang jelek. Yang pasti ga mungkin si pengambil gambar yang jelek
atau kurang handal. ^^
Sudah
sejak Daniel mengantarkanku pulang dari bandara, kami sama sekali tidak pernah
berkomunikasi. Aku juga tidak tahu kemana harus menghubungi dia untuk sekedar
membayar hutangku. Tetapikan dia bisa mencari aku ke rumah.
-------------------##
‘we are never ever getting back together, you
talk to your friend, talk to my friend, talk to…. “Halloo?”
“Hallo, Yolla…….. kemana aja ga pernah
ngampus???”
“Eh Dono, ga ngampus ga berarti sakit telinga.
Pelan bisa kan bicaranya. Iyah nih, lagi butuh suntikan dana Don. Lagi nyari
kerja, lagipula ini kan baru minggu pertama masuk, pasti baru pengenalan materi
dan dosen.”
“Yup, betul, tenang aja Olala, belum ada tugas
apapun, jadi ga perlu khawatir. Tapi yang satu ini, kamu mesti tahu, ada mahasiswi
baru di kelas.”
“Terus kenapa kalau ada mahasiswi baru? Takut
ga kebagian tempat duduk? Dan Dono, yang satu ini kamu juga mesti tahu, jangan
panggil aku Olala!”
“Yah siapa yang duluan mulai? Nama Dony Camryn
Arielta. Bagian mana yang ada Dono nya?? Ada banyak pilihan, bisa Dony, Cam
juga boleh, Ari juga oke, kenapa malah milih Dono sih?? Anak baru
ini…..swwweeeettt banget Ola.”
“Sweet nya kamu aku udah tahu kok. Ga bikin
penasaran, udah yah Don, ngantuk nih.”
“Eh, Ola, ini siang, masa ngantuk??”
“Ngantuk ngedengerin suara bebek berkicau.”
Tuuuttt..tuuuuttt…. Pasti begitu bunyi hape
Dony. Aku putus teleponnya tanpa basa-basi lagi.
Dony, sahabat kuliahku, sekaligus kakak bagiku
di tempat kuliah. Bank berjalan untukku, tapi akulah suplier tugas untuknya.
Ini namanya simbiosis mutualisme.
----------##
“Hai, Tasya.”
Sebuah tangan terulur ke arahku, dan mengajak
tanganku untuk membalasnya.
“Ola.” Aku menyeringai bingung, jadi ini Tasya
yang selalu mengganggu tidurku. Selalu datang nama nya setiap aku mau menutup
mata untuk tidur, bahkan kadang namanya membangunkanku di tengah malam saat aku
sudah ke alam lain.
Ya ampun, Dony benar-benar kelewatan, sindrom
kasmaran stadium akhir. Selalu aja telepon, sebelum aku tidur, pas aku tidur,
bahkan saat aku di kamar mandi masih dipaksa untuk tetap mendengarkan dia
menyebut nama Tasya.
“Dony banyak cerita tentang kamu Ola, tapi baru
sekarang yah kita bisa ketemu. Katanya kamu lagi sibuk cari kerja?”
“Ah, iyah Tasya. Jadi malu, Dono cerita apa
saja ke kamu tentang aku?”
Dan sebuah sikut terdampar di pingganggku,
diiringi bisikan misterius “Dony, Ola please stop panggil aku Dono apalagi di
depan Tasya!” Aku meringis kesakitan.
“Cerita yang baik-baik. Dony bilang kamu kerja
sambil kuliah, dan sekarang lagi mau cari tempat kerja baru. Doni juga bilang
kalian dekat sejak awal masuk kuliah, dan seperti kakak adik.”
“ah syukur.Iyah, kita ga lebih dari kakak adik.
Yaudah Tasya yuk masuk kelas.”
Aku dan Tasya duduk bersebelahan, tentu saja
dengan Dony di sisi lain Tasya. Tasya lebih banyak diam memperhatikan
penjelasan dosen, aku lebih banyak membuka smartphoneku, tapi yang sebenarnya
kurang smart karena lemotnya saat akses internet, aku masih harus cari-cari
lowongan. Dan Dony, sudah dipastikan, dia harus pilih antara pakai kacamata
kuda atau ga lulus semester ini, matanya selalu melirik ke arah kiri, Tasya.
-------###
“ Ola, aku boleh yah sering-sering main ke
rumah kamu, sepertinya aku butuh banget teman belajar. Kamu tahu kan kalau
belajar bareng Dony pasti sambungannya jadi Tulalit…Tulalit….”
Aku dan
Tasya tertawa bersamaan mendengar lelucon Tasya, setelah beberapa lama kami
sering menghabiskan waktu bersama, sepertinya virus ceplas-ceplosku telah
menular kepadanya.
“Boleh aja Sya, tapi aku harus cari kerja dulu,
nah nanti jam belajarnya tinggal kita cocokin aja sama jam kerja aku.”
“Kamu masih belum dapet kerja La??”
Aku menggeleng menjawab pertanyaan Tasya, lalu
aku melangkah duluan mendahului Tasya dan Dony, tanganku melambai ke arah
mereka, dan aku mempercepat langkahku.
Sudah hampir 4 bulan aku masih belum bekerja,
bukannya tidak ada panggilan, tapi beberapa psikotest tidak bisa aku lewati,
beberapa tes wawancara yang ingin nilai plus dalam bahasa Inggris membuat aku
menyerah, dan ada beberapa lowongan yang tidak aku penuhi spesifikasi
persyaratannya. Perusahaan-perusahaan memang sangat berkuasa, mereka bisa
dengan mudah memasang syarat yang membuat pelamar kerja harus membuat dirinya
berkualitas. Karena kenyataan menunjukan jumlah lapangan pekerjaan jauh sangat
sedikit dibandingkan jumlah pelamar kerja nya, jadi siapa yang berkompeten
mereka yang lebih berpeluang.
Aku ada panggilan psikotest hari ini, makanya
aku pulang terburu-buru meninggalkan Dony dan Tasya. Aku melangkah melewati
gerbang kampus, dan langsung naik angkutan umum yang selalu setia menunggu di
depan gerbang sekaligus membuat jalanan macet. Setelah mendapat beberapa
penumpang lainnya, angkutan umum mulai berjalan. Turun dari angkutan umum aku
menyetop sebuah taksi, dan mulai menyebutkan nama sebuah gedung di daerah
Sudirman.
“Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?”
Seorang security menghampiriku yang sedang
sibuk membaca pembagian lantai di gedung ini “Selamat siang, saya ada panggilan
kerja di Dan’s Adv, saya agak lupa lantai berapa yang mereka sebutkan.”
“Oh, Dan’s ada di lantai 3 - 9, ada resepsionis
di lantai 3, sebaiknya anda ke lantai 3 dahulu.”
“Oh iyah, terima kasih pak.” Aku memberikan
senyuman untuk security tersebut, dan mulai berjalan ke arah lift. Beberapa
saat menunggu dan pintu lift terbuka. Aku masuk dan menekan tombol 3.
“Selamat siang, saya ada panggilan psikotest
hari ini, dimana tempat psikotestnya?”
“Maaf dengan ibu siapa?”
“Ola, Yola Yulista.”
“Baik ditunggu sebentar ibu.”
Aku langsung menghampiri meja resepsionis yang
ada di dekat pintu lift. Dan sekarang seorang wanita cantik berkulit putih dan
pakaian kerja yang kasual sedang sibuk menelepon seseorang dan sesekali
menyebutkan namaku.
“Ibu Yola, anda bisa naik ke lantai 4 lalu
bertemu dengan ibu Danita.”
“Oh baik, terima kasih.”
Aku berjalan menuju tangga darurat dan naik
tangga ke lantai 4, sudah kebiasaanku bila hanya naik 1 tingkat aku akan
menggunakan tangga, ini termasuk olahraga murah.
Seorang wanita cantik, terlihat seusiaku, terawat
dan berwibawa cara bicaranya. Ia menunjukkan jalan kesebuah ruangan, dan ada
beberapa orang didalamnya, terlihat bersiap-siap untuk mulai mengerjakan soal
test. “Anda sedikit terlambat, tetapi masih belum terlalu terlambat, semoga
sukses.”
Wanita itu menutup pintu ruangan setelah aku
masuk, dan ia pergi meninggalkan ruangan. Aku mengambil sebuah tempat dan mulai
mengerjakan soal-soal.
_________________###
“Dia sudah disini Tasya, dan setelah ini kamu
harus tetap menjaga pertemanan dengannya, dan bersikap seolah-olah senang dan
kamu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang dia dapat.”
“Tenang ka’Danita, Ola memang sudah benar-benar
menjadi teman bagiku, semoga dia betah di Dan’s.”
Ola, apa yang menjadi kelebihanmu, aku
penasaran, seperti apa orang yang sudah berhasil membuat kakakku merasa takut
pada perasaannya sendiri.
___________________###
Wow, hari keberuntunganku. Aku lolos psikotest,
langsung mengikuti sesi wawancara, dan aku diterima. Aku akan masuk kerja 3
hari lagi, dan aku harus mengabari ka’ Yordanio.
“Malam kak, Ola punya kabar baik hari ini, Ola
diterima kerja di sebuah perusahaan advertising k’.”
“Wah, selamat Ola, semoga lingkungan kerja nya
menyenangkan.”
“Beberapa terlihat ramah, tapi mereka punya 7
lantai, dan aku baru masuk 1 lantai. Aku akan jadi staff editor kak.”
“Kuliah kamu Ola? Setau kakak editor itu
lumayan berat pekerjaannya.”
“Aku sudah bilang tentang kuliah kak, mereka
sangat mendukung karyawannya untuk terus meraih gelar pendidikan. Mereka
memiliki jam kerja fleksible, dan deadline. Pekerjaan boleh diselesaiikan
dirumah, yang penting sesuai batas waktu.”
“Pengalaman baru Ola, kakak dukung kamu.”
Aku bercakap-cakap sebentar tentang kehidupan kakak disana, aku menelepon
orang tuaku, dan tentu saja Dony. Aku harus memberi tahu mbok besok pagi.
0 komentar:
Posting Komentar