Seseorang Bernama Danita
“Ola, ke ruangan saya sebentar.”
Bu Danita
menelepon ke line meja kerjaku, ini hari pertama aku masuk kerja, aku masih
membereskan beberapa perlengkapanku, dan baru saja menyalakan monitor di mejaku
setelah sebelumnya aku berkenalan dengan seluruh staff di lantai 4.
“Iyah bu.”
Aku berjalan
menuju sebuah ruangan yang tidak terlalu juah dari meja kerjaku, Danita adalah
kepala bagian editor di kantor ini, usia nya ternyata sudah 27 tahun, sekitar 5
tahun lebih tua dari usiaku, tetapi penampilannya sangat muda dan energik.
Aku membuka
handel pintu, dan masuk ke ruangan yang di dominasi walpaper bernuansa cream
bermotif bunga-bunga kecil, sebuah meja kerja yang besar dan dipenuhi dengan beberapa
tumpukan kertas dilengkapi sebuah kursi besar yang bisa menutupi seluruh
punggung sampai kepala kita.
Ada sofa berbentuk huruf L berwarna coklat yang sangat serasi
dengan wallpaper ruangan ini, dan bu Danita terlihat sedang duduk disana sambil
menikmati secangkir kopi pagi nya.
“Duduk disini Ola.”
“Iyah bu.”
Aku mengambil posisi duduk di bagian sofa yang terdekat dengan
pintu.
“Sekali lagi, selamat bergabung dengan Dan’s. Dan saya adalah
kepala editor di sini, jadi secara struktur kamu adalah staff saya. Bila ada
masalah apapun berkaitan dengan pekerjaanmu, kamu bisa langsung menghubungi
saya. Minta nomor handphone saya di resepsionis.”
“Baik bu.”
“Satu lagi, kita memang bekerja disini selama 8 jam, tetapi kita
akan bekerja seperti 24 jam. Kamu harus siap jika tiba-tiba ada deadline
mendadak, atau editan yang harus selesai secepatnya. Handphone kamu sebaiknya
aktif 24 jam, dan terhubung langsung email. Kamu akan dapat fasilitas kantor,
sebuah handphone dan laptop yang memang digunakan oleh seluruh staff editor, jadi
bila deadline atau kebutuhan mendadak, semua bisa siap segera dan kirim melalui
email. “
“Baik bu.”
“Kemudian, lantai 4 ini memang merupakan bagian divisi editor.
Lantai 3 merupakan bagian divisi HRD semua absen dan informasi karyawan ada
dilantai 3. Lantai 5 dan 6 adalah marketing dan keuangan. Lantai 7 dan 8 ruang
arsip, ruang meeting, dan ada divisi pelatihan dan IT. Lantai 9 adalah untuk
para petinggi perusahaan. Kamu diizinkan hanya sampai lantai 6. Bila ada
kebutuhan untuk IT kamu bisa menggunakan line telepon, karena mereka yang akan
turun. Ruang arsip tidak bisa diakses oleh semua staff, hanya beberapa saja
yang diberi wewenang.”
“Baik bu.”
“ Baiklah, kamu bisa kembali bekerja.”
“Baik bu, terima kasih atas semua informasi dan kesempatannya,
saya akan berusaha sebaik mungkin untuk
perusahaan ini.”
Aku tersenyum ke arah bu Danita, dan berdiri untuk keluar
ruangan.
“Ola, kamu bisa panggil saya dengan kakak saja..”
Aku kembali tersenyum dan mengangguk ke arah ka’Danita. Lalu aku
melangkah membuka pintu dan kembali menuju meja kerjaku.
“Ola, k’Danita bicara apa saja?”
“Hanya menjelaskan tentang hp dan laptop, dan pembagian tiap
divisi di tiap lantai.”
“Oh… Oh iyah, Ola kamu akan jadi editor di bagian cerita
pembaca. Thomas akan mengajari kamu caranya.” Ellen mengedipkan sebelah matanya
ke arahku.
“Ellen!!”
“Hahaha, aku gak lagi bercanda Ola… Thomas yang akan mentorin
kamu sampai kamu bisa mengerjakan nya sendiri. Mungkin dia yang mengajukan diri
ke k’Danita.”
Aku memutar bola mataku, dan
memasang wajah cemberut ke arah Ellen. Ellen adalah orang yang paling dekat
denganku sejak aku datang ke kantor ini pagi tadi. Kebetulan sekali dia duduk
di sebelahku, dan kami hanya dibatasi sekat diantara monitor kami. Untunglah
Ellen sangat ceria dan membuat aku nyaman sejak pertama dia menyapa aku.
Sedangkan Thomas, staff yang
meja kerja nya ada di seberang meja kerjaku. Ellen bilang, Thomas selalu
melihat ke arahku, aku sendiri tidak terlalu memperhatikannya.
______________###
Tasya meneleponku, dan aku
masih di kantor. Kebetulan hari ini aku tidak ada mata kuliah. Tasya berbicara
seperti kereta api, tidak ada rem nya. Dia sangat penasaran dengan kesan hari
pertamaku. Aku menceritakan semua tentang Ellen, Thomas, dan k’Danita. Tidak
terasa kami ngobrol cukup lama, sampai aku lupa waktu, dan Ellen sudah menepuk
pundakku dan menunjuk ke arah jam tangannya. Lalu dia melambai dan berjalan ke arah
lift.
“Tasya, aku harus beres-beres meja kerjaku, ternyata sudah jam
pulang. Besok aku lanjutin ceritanya di kampus yah.”
“Oke, see you Ola.”
Aku membereskan tasku dan
berjalan ke arah lift. Saat melewati ruang k’Danita, pintu ruangannya sedang
terbuka, dan dia melihat aku berjalan ke arah lift. Dia melambaikan tangan nya
ke arah ku yang mengisyaratkan agar aku masuk ke ruangannya. Kali ini aku duduk
di kursi yang menghadap meja kerja k’Danita.
“Ola, kamu masih kuliah, boleh saya tau hari apa saja kamu akan
terlambat?”
“Saya sudah memindah beberapa mata kuliah ke hari Sabtu, jadi
saya hanya akan datang agak siang di hari Selasa dan Rabu.”
“Baiklah, ini penting untuk menilai kerja kamu selama masa
percobaan, berarti izin atau telat dihari lainnya sebaiknya memberi kabar.
Sementara ini kamu yang akan menghandle kolom cerita pembaca, dan Thomas akan
mementori kamu.”
“K’, sebenarnya pekerjaan apapun yang dipercayakan kepada saya,
pasti saya akan kerjakan sebaik mungkin. Hanya saja, untuk mentor apakah bisa
Ellen yang mementori saya?”
“Kenapa Ellen?”
“Dari beberapa aspek,
saya lebih nyaman dengan Ellen, kemudian meja kerja kami berdekatan, jadi saya
bisa lebih intens bertanya dan secepatnya menghandle sendiri agar tidak terlalu
mengganggu pekerjaan staff lain.”
“Akan saya pertimbangkan Ola, apakah kamu merasa kurang nyaman
karena Thomas adalah laki-laki?”
“Bukan faktor utama, tetapi termasuk dalam salah satu alasan.”
“Oh, kamu sudah punya pasangan?”
“Menikah belum, pacar juga belum ada k’.” Aku tersenyum saat
menjawab nya, karena aku jadi harus mengingat kapan terakhir kali aku punya pacar.
“Sedang dekat dengan seseorang?”
“Tidak ada yang special, hanya beberapa teman kuliah.”
“Oke, baiklah, sepertinya kamu akan pulang malam kalau saya
terus bertanya.”
“Kalau begitu saya izin pulang k’.
Aku keluar dari gedung dan menyetop sebuah angkutan umum.
_________###
Kak, Danita
gak akan izinin wanita yang gak pantas untuk kakak, tetapi Danita akan terus
berusaha untuk membuka hati kakak agar kakak bisa merasakan kebahagiaan.
0 komentar:
Posting Komentar