Takdir yang Sama
Hari ini aku
ke bandara sendiri dengan taxi, pesawat ku pukul 09.45 dengan tujuan Charles de
Gaulle, Perancis. Aku belum tahu akan kemana saja, dan dengan kendaraan apa,
tapi aku tenang-tenang saja, ada kakakku yang siap ditelepon 24jam, dan ada
mbah ku mbah Gugel yang siap kasih semua informasi yang aku butuhkan. Plan C
–cadangan- ku, jika aku kehabisan uang atau bingung mau kemana, aku tinggal di
hotel saja dan akan gratis. Tapi aku ga mau kesempatan ini sia-sia.
Aku tiba
disana dan menyetop sebuah taxi, aku menunjukkan selembar kertas kepada supir
yang bertuliskan nama hotel yang menjadi tujuanku. Hanya sekitar 45 menit aku
telah sampai di sebuah hotel, walau tidak terlalu mewah, tetapi tidak terlalu
buruk juga, bila di Indonesia mungkin seperti hotel bintang 3,5. Hotel di
daerah mana yah yang menjadi hotel bintang 3,5?? Aku melangkah menuju sebuah
meja besar yang bertuliskan receptionniste -tempat menebus recep kah? -.
“Bonjour
Mesdames,la, nous pouvons aider?”
“Hi, my name Yola Yulista from Indonesia, did
I have booking a room for 10 days?” aku sudah menanyakan ini kepada kakakku,
kalimat pertama yang harus aku ucapkan saat bertemu resepsionis hotel. “ Please
wait a minute, we will checking it for you.Yes, your room is 930.” Aku menerima
sebuah kunci dari resepsionis tersebut, dan di sebelah ku sudah ada seorang
pria bertubuh tegap yang siap membawa barang-barangku ke kamar.
Disebelahku
berjalan seorang pria yang mungkin berusia sekitar 27 atau 28 tahun juga menuju
lantai yang sama denganku, dengan fisiknya, aku pikir dia orang Indonesia juga,
aku ingin bertanya kewarganegaraannya, tapi lidahku keluh tak bisa mengatakan
apapun, lebih tepatnya aku lupa cara menanyakan kewarganegaraan dalam bahasa
Inggris. Dan aku ga mau terlihat bodoh. Jadi aku diam saja, kami melangkah
bersama keluar lift, dan menuju ke arah yang sama, dan benar saja, kamar nya
931 tepat di depan kamar ku, kamar ku paling ujung letaknya.
Aku tidur
beberapa jam dikamar setelah mengabari keluargaku aku telah sampai di Prancis.
Barang-barangku masih tersusun rapih di dalam koper, dan aku belum tahu mau
kemana malam ini, sendirian, dan tidak tahu jalan. Aku menelepon agency di
Jakarta untuk meminta nomor kamar pemenang undian yang satu lagi, tetapi
hanya nada tut..tut..tut.yang terdengar. Aku melangkah keluar kamar, setelah
menghabiskan makan malam yang dibawakan service room,dengan jaket kesayanganku.
Saat aku melangkah mendekati lift, terdengar bahasa yang sangat familiar di
telingaku, arahnya dari belakangku. Ternyata pria yang tadi satu lift denganku, benar saja, dia
berbahasa Indonesia,dia terlihat sedang menelepon seseorang dengan sedikit
marah. Aku menghentikan langkahku, menunggu sampai langkahnya sejajar denganku,
dan kami naik lift bersama, teleponnya terputus bersamaan saat pintu lift
tertutup.
“ Maaf, bapak orang Indonesia?” “ Yah” sahutnya dengan senyum
terpaksa, sepertinya aku bertanya disaat yang kurang tepat, tetapi kalau tidak
ditanya sekarang, aku harus bagaimana keluar hotel. “Pak, saya sedang berlibur,
saya baru datang dari Indonesia, bapak tinggal disini juga atau sedang
berlibur?” “ Jangan panggil saya bapak, panggil saja Daniel, saya juga sedang berlibur,
kamu berlibur sendiri?” “ Iyah, bapak..ups maaf Daniel boleh saya meminta..” Tiba-tiba
pintu lift terbuka, dan Daniel sudah melangkah pergi dengan cepat, aku
mengikutinya dari belakang, pikirku, dia pasti jalan-jalan sebentar dan akan
kembali ke hotel, jadi aku tidak perlu takut tersesat.
Daniel memang hanya jalan-jalan, tanpa kendaraan dia menyusuri
jalan-jalan yang trotoarnya sangat bersih itu, agak ramai jalan yang kami
lewati, Daniel menoleh kebelakang dan menghentikan langkahnya. “Kau sedang
mengikutiku?” tanyanya dengan sangat
curiga.” “Ah, enggak koq, ini kan jalan umum jadi siapa aja boleh jalan
disini, kebetulan aja kita searah.” Aku menjawab asal-asalan dengan senyum
kecut. “ Oh yasudah, hati-hati, dan ingat jalan yang kamu lewati, takutnya
nanti ga bisa pulang ke hotel.” Daniel bersuara tanpa terlihat wajahnya, aku
paling sebel dengan orang yang bicara tetapi wajahnya melihat arah lain.
Daniel terus melangkah dan aku juga terus mengikutinya. Sesekali
Daniel menoleh kebelakang, mungkin dia agak terganggu karena aku seperti
memata-matai nya, aku hanya menoleh ke arah lain. Tidak lama, Daniel berhenti
dan duduk di sebuah kursi panjang, seperti taman kelihatannya. “Sini.” Daniel
melambaikan tangannya ke arah ku. “Aku mendekatinya, dan duduk agak menajauh
darinya.”
“Ini pertama bagi kamu ada di Prancis?”
“Iyah, ini pertama kalinya dan ini hanya sebuah keberuntungan,
aku memenangkan undian dan mendapat tour 10 hari di negara indah ini.” Aku
melirik ke arah Daniel
“Di hotel yang sama, dengan kamar berseberangan, sama-sama
pemenang undian, kemungkinan kita akan tour bersama, tapi sebenarnya bukan aku
yang mau tour ini, adikku Tasya seperti kurang kerjaan mengikutsertakan aku
dalam program ini!” Cerita Daniel dengan suara seperti menahan marah.
“ Aku tidak fasih berbahasa Inggris, jadi tawaran mu untuk tour
bersama aku terima.” Aku tersenyum padanya.
“Aku tidak menawarimu, sebelum kesini apa kamu tidak membaca
ketentuan perjalanannya? Kita akan tinggal di hotel yang sama selama 10 hari,
yaitu hotel yang sekarang kita tempati, menginap selain disini maka memakai
biaya pribadi, biaya perjalanan selain yang telah ditetapkan maka memakai biaya
pribadi, dan jajanan disini cukup mahal. So, sebaiknya kita ikuti jadwal 7 hari
tour dari guide yang disediakan agar lebih hemat dan tidak nyasar! Kita punya 1
hari bebas untuk berjalan-jalan sendiri tanpa tour guide, sepertinya berenang
dan tidur dikamar hotel cukup baik.”
“kamu benar-benar tidak bersyukur sudah mendapat kesempatan ini?
Wow, ke perancis selama 10 hari gratis biaya penginapan, sarapan, dan beberapa
tiket wisata, itu luar biasa Daniel!” Aku mulai tidak mengerti dengan raut
wajah Daniel yang seolah perjalanan ini adalah beban baginya.
“Sorry,nama kamu?”
“Yola, tapi panggil aja Ola.”
“Ola, kerjaan aku di Jakarta jauh lebih penting dari pada
jalan-jalan santai disini, 10 hari memang waktu yang wow, tapi itu juga berarti
wow banyaknya kerjaan yang numpuk dan menunggu untuk aku selesaikan!”
“Daniel, kamu urus aja emosi kamu sama Tasya, dan ga perlu
bentak-bentak aku juga, I just want to have fun and enjoy my holiday, aku
duluan, mau tidur dan besok harus bangun pagi, jam 8 oke, see you.” Aku
memandangnya dengan wajah jengkel dan berjalan meninggalkan Daniel ke arah
hotel.
0 komentar:
Posting Komentar