Jumat, 29 Maret 2013

Perjodohanku Bag4



Perjodohan

Ada sesuatu yang aneh, ketika aku pulang kerja, tidak seperti biasanya ada mobil Niko terparkir di depan rumahku. Aku melihat ada om Athan dan tante Ika sedang mengobrol dengan mama dan papa di ruang keluarga, sepertinya sedang menunggu jam makan.

“Hai Vin, baru pulang?”

“Iyah tante, hallo om, Vivin ga tau om sama tante mau kesini, mama ga bilang apa-apa.”

“Iyah, sebenarnya niatnya om sama tante mau ngobrol aja sama mama dan papa kamu, sekalian diajak makan malam nih. Niko kebetulan hari ini cuti kerja, jadi tante ajak aja.”

“Iyah, mama pikir kalau kamu hari ini pulangnya malam yah makan malamnya tanpa kamu, tapi kebetulan kamu sama Niko ada disini.”

“Athan,Ika, hayu makanan nya udah siap, kita bicara di meja makan saja.”
Terdengar suara papa mendekat ke arah ruang keluarga.

“Oh, Vin kebetulan kamu udah pulang, makan bareng dulu yah.”

“Iyah pa.”

Kami semua berjalan ke arah meja makan, tante Ika dan mama berjalan berdampingan, meninggalkan aku dan Niko di belakang. Mama dan tante terlihat agak serius mengobrolnya. Sedangkan aku dan Niko, yah seperti biasa, hanya diam membisu. Lagipula aku agak lelah untuk bicara dengannya, dan untuk memikirkan ide mama selanjutnya. Terlihat papa dan om Athan menikmati makan malam mereka, sambil sesekali tertawa kecil karena obrolan diantara mereka. Aku duduk berhadapan dengan Niko, dan ada mama disampingku.

“Athan, aku dan Ika punya rencana, kebetulan Vivin dan Niko sudah kenal cukup lama, kita sebagai orang tuanya juga sudah kenal lama, bagaimana kalau kita menjodohkan Niko dengan Vivin. Mereka sama-sama single, dan sama-sama sudah dewasa, sudah waktunya memikirkan menikah, daripada aku harus was-was menunggu Vivin mendapat pacar, belum lagi proses perkenalannya, butuh waktu, dan usia Vivin akan semakin bertambah. Aku pikir Niko pria yang baik, pekerja yang giat, dan aku ga perlu waktu lama untuk mengenal Niko. Bagaimana menurut papa?”

“Papa sependapat sama mama, asalkan mereka nya menerima, jangan dipaksakan.”

“Good idea,sebenarnya Ika sudah sering cerita tentang Vivin, Ika sudah menganggapnya seperti anak sendiri, yah apa salahnya kalau Vivin benar-benar menjadi anggota keluarga.”

  Aku tercengang mendengar pembicaraan ini, mendadak, dan tanpa konfirmasi. Bahkan pendapat aku tidak dipertanyakan dahulu. Aku melotot ke arah Niko, dan  dia malah balas melotot.

“Tapi ma, kita ga pernah berpikir untuk seserius itu, aku dan Niko hanya temenan biasa, ga ada yang istimewa. Dan ini terlalu cepat untuk menjodohkan kami, bahkan kami belum dimintai pendapatnya.”

“Vin, kapan kamu siap, mau sampai kapan kamu tidak memikirkan pernikahan, kalian akan mencintai seiring waktu, dan kalian sama-sama baik dan cocok. Coba lihat, Niko yang pendiam bisa mengimbangi sifat kamu yang asal ngomong seperti sekarang ini, sukanya debat aja.”

  Dan seperti biasa, ada patung didepan wajahku, tanpa kata-kata, tanpa perlawanan, tanpa pendapat, Niko hanya diam dan tidak merespon sedikitpun. Ya ampun, walau dia baik, tapi kalau sampai menikahpun, dia tetap menjadi patung seperti ini, ini namanya bukan mengimbangi, tapi pengecut.

Sebelum Niko pulang, aku sempat menghampirinya, dan sedikit marah padanya.
“Hei, kenapa diam aja, kamu itu tuli atau bodoh sih? Kamu dengarkan kita akan dijoodohkan!”

“Aku tahu.”

“Kamu tahu? Sudah tahu sebelumnya maksudmu?Dan kamu cuma diam?”

“Ga perlu bentak, kamu yang bodoh, masa ga paham juga niat kedua orang tua kita yang selama ini mencari cara supaya kita jalan bareng, makan bareng, atau kamu pura-pura ga tahu aja?”

“Niko, sekali lagi aku tegasin ,aku ga tahu, dan aku baru tahu barusan, dan aku kecewa dengan sikap kamu yang seperti itu, seperti tadi, yang hanya diam. Aku berharap tidak akan menikah dengan cowo patung seperti kamu!”

   Aku berlari masuk dan menuju kamarku. Aku menelepon Tania dan menceritakan semua kejadian hari ini, bahkan sampai aku tidak bisa tidur.
*****

  Mataku ku kompres  dengan air dingin, mataku sangat lelah tapi aku tidak bisa tertidur. Kejadian kemarin masih membuat pikiranku gelisah. Aku tidak turun untuk sarapan, dan aku mengambil cuti dadakan. Ini hari Jumat, aku akan berlibur bersama Tania, dia mengajakku menginap di villa nya selama 3 hari untuk menenangkan pikiranku.

“Vin, udah bangunkan? Aku udah mau jalan ke rumah kamu yah,kamu siap-siap yah, biar aku aja yang nyetir hari ini.”

“Ok Tan, thanks yah.”

  Aku menutup telepon dari Tania, aku bergegas masuk ke kamar mandi, dan menyiapkan beberapa baju untuk menginap. Dan tidak lama terdengar bunyi klakson dari depan rumah. Aku berlari turun dan keluar menuju mobil hitam milik Tania.

“Yah pasti kaget Vin kalau kita dijodohin sama orang yang kita ga sukai, menikah tanpa cinta, kaya siti nurbaya, tapi kamu masih lebih baik, Niko kan bukan kakek-kakek kaya, dia masih muda, giat, ga manja, yah kalau kamu merasa ga suka sama dia, mungkin bukan karena orangnya, tapi karena hati kamu yang belum bisa terbuka. Niko cukup lumayan kok sebenarnya.”

“Ga tau Tan, jujur aku ga pernah berpikir menikah, apalagi sama Niko, aku aja ga pernah mikirin Niko itu orang nya gimana apa kelebihannya, apakah aku suka sama dia, aku cuma tahu Niko yah Niko, si pendiam yang menyebalkan diamnya.”

“Terus rencana kamu?”

“Ga ada, aku cuma berharap Niko yang mengambil langkah, Niko yang membatalkan semua ini, karena kalau aku yang membatalkan, aku ga enak sama tante Ika dan om Athan, aku juga takut akan ngerusak hubungan mama papa dengan mereka. Aku kan perempuan, masa aku yang nolak, nanti jodohku jauh.”

“Yasudah kamu siapin mental aja Vin, dan percaya, naluri orang tua itu selalu baik Vin. Mungkin sekarang kelihatannya buruk, tapi bisa jadi ini adalah ide yang baik buat kamu nantinya.”
*****

“Ga apa-apa Ka, Vinnie cuma nginep aja divilla temannya, yah wajar kalau dia kaget kita jodohkan. Kalau Niko sendiri bagaimana reaksinya?”

“Aku kok khawatir yah sama Vivin, apa gapapa kita nikahkan mereka secepat ini? Kalau Niko, dia biasa saja, ga berpendapat apa-apa. Kalau Vinnie kasih reaksi kaget, aku paham, nah ini Niko sama sekali ga bereaksi, aku sendiri ga tau dia terima rencana ini atau ga.”

“Niko itu lebih tenang dan lebih dewasa dibanding Vivin, Niko mungkin berusaha memahami alasan kita menjodohkannya. Lagipula saya yakin kalau ini baik untuk mereka, umur Niko juga sudah matang, sudah 27 tahun, Vinnie sebentar lagi sudah 25 tahun. Mereka sudah cukup umur untuk menikah.”

“Saya sih setuju dengan pendapat kamu, yasudah kita pelan-pelan saja menjodohkan mereka nya, biar mereka juga bisa sambil membina hubungan. Nanti kalau Vinnie sudah pulang ajak dia main ke rumah saya yah.”


0 komentar:

Posting Komentar

 

De_windows © 2008. Template Design By: SkinCorner