Jumat, 22 Maret 2013

Singalove Bag 6



Malam ini terasa lebih dingin dari biasanya, mungkin bukan karena cuacanya tetapi karena hati ini terasa agak membeku. Aku gelisah dalam lamunanku sendiri, beberapa hari ini aku merasa semakin jauh dari nya, walau kami tinggal serumah, tapi kami jadi jarang bertemu. Danu memang sedang sibuk dengan persiapan skripsinya, dia jadi harus tinggal lebih lama di kampus mengikuti bimbingan, dan mengambil kelas tambahan untuk mempercepat skripsinya, dan aku jadi harus pulang sendiri ke rumah. Kami jadi jarang bicara bersama, dan terkadang malah sering terjadi keributan diantara kami.
“ I’m feel so bored…..”, aku mendengar kata-kata itu terucap dari Danu saat ia sedang bertelepon entah dengan siapa. “Bosan denganku kah?” hatiku memilu. Aku dengar dari beberapa temanku, bahwa Danu dan Ana memang cukup dekat, dan Ana bahkan pernah dikabarkan menjadi alasan putusnya Danu dari pacarnya dulu ketika masih SMA. Aku juga cukup tahu dari cara Danu memperlakukan Ana, Danu menyimpan rasa padanya. Tapi aku tidak pernah berani menghakimi. Rasa adalah sesuatu yang datang dengan kehendaknya sendiri dan halus tanpa beban.
“ Dan, jaga hatimu yah, aku ga akan pernah bisa melarang siapapun untuk menyukaimu, dan mungkin aku juga ga bisa melakukan apapun jika kamu yang menyukai salah satu diantara mereka.”  Aku bergumam dengan hatiku sendiri. Malam ini benar-benar terasa sulit untuk memejamkan mata, aku berselisih dengan hatiku sendiri, mungkinkah aku yang sebenarnya adalah orang ketiga, mungkinkah bahwa sebenarnya ruang hati Danu selalu ada untuk Ana? Dan aku hanyalah tamu yang sesaat singgah di hatinya.
          “Hy!! Kok udah pake baju tidur aja? Baru jam berapa ini? Cepet ganti baju! Aku tunggu dibawah yah!” Tiba-tiba wajah Danu ada di antara dinding dan pintu kamarku.Nada nya agak tinggi tapi riang, malam minggukah hari ini? Tapi ini baru hari Rabu, umm….ada yang ulang tahunkah? Tapi kenapa tidak melihat ada undangan. Lalu apakah Danu berpikir tentang makan malam? Aku benar-benar tidak punya ide alasan Danu mengajakku keluar malam ini.
          “Mau kemana sih malam gini? Kenapa mendadak?” Aku terus berceloteh bersaing dengan bising knalpot motor Danu. Dan suara itu berhenti disebuah tempat parkir yang memperlihatkanku sebuah altar yang indah, bunga mawar putih yang selalu menjadi favoritku tertata di dua sisi nya dengan daun hijau segar, cahaya lilin yang mengilapkan kelopak-kelopak bunga itu. Dan Danu menarik tanganku menuju mereka.
“ Tiara,aku adalah orang yang dingin, agak pemarah, dan sangat egois. Tapi kau adalah wanita bodoh yang selalu mau menerima sikap dinginku, mengubah marahku menjadi senyum dihatiku. Jika kini kau sudah memikirkan kembali sedang bersama siapa sebenarnya kau saat ini, dan kau ingin lari, larilah sekarang, karena setelahnya, aku rasa aku tidak akan melepaskanmu “
Dua buah cincin berada dihadapanku, Danu mengambil satu dan mengarahkannya ke jari manis ku seraya berkata “ izinkan aku selalu bersamamu”, bibirku keluh, diam dan tanpa ekspresi, hatiku sesak dengan segala prasangkaku selama ini, dengan perasaanku terhadap Danu, dan dengan malam ini yang benar-benar tidak pernah aku bayangkan akan terjadi. Aku mengangguk dan memberikan akses bagi Danu untuk melingkarkan cincin itu ke jari manisku. Danu membantuku mengambil cincin, dan aku melingkarkannya di jari manis Danu.
          Danu. Sebuah nama terukir dibagian dalam cincin yang kini benar-benar sedang mencuri perhatianku, aku berulang kali melepas dan memakainya kembali, bersahabat dengan prasangkaku, apakah aku dan Danu benar-benar akan bersama.
Entahlah, mungkin itulah cinta, saat kau bimbang dia akan menggoyahkan logikamu, dan bermain hanya dengan hatimu.
Kami berjalan bersama, menyusuri pekarangan menuju tempat Danu memakirkan motornya.
“Aku pernah melihatmu bersama Ana, saat kau berbohong. Aku pikir, kau-“
Danu langsung menutup mulutku dengan jarinya “Aku pernah bilang, aku tidak akan menutupi apapun dari orang yang aku sayang. Hari itu aku merasa perlu membahas beberapa hal dengan Ana. Aku memang pernah menyukainya sejak SMA, entah sampai kapan tepatnya aku berhenti menyukainya, aku rasa sejak kau mencuri hatiku.” Danu membelai pipiku dan mengecup keningku.
“ Ana memillih pria lain saat aku mendekatinya, itu saat aku SMA. Lalu aku kuliah, dan kami tidak berkomunikasi sampai suatu ketika dia menghubungiku dan bertanya tentang tempat aku kuliah. Sejak saat itu kami mulai berkomunikasi kembali dan aku tahu dia sudah putus dari pacarnya, aku rasa aku selalu menyukainya sampai-sampai aku tidak pernah berpikir untuk dekat dengan wanita manapun.”
“Lidya?” bisikku
“Itu hal yang berbeda, Lidya sudah lama mendekatiku, aku pikir aku harusnya mencoba dekat dengan wanita agar aku bisa berhenti menyukai Ana. Tetapi Lidya berharap berlebihan, aku menganggap hubungan kami sebagai teman biasa yang sedang melakukan pendekatan, tetapi dia bersikap terlalu posesif dengan status teman diantara kami.”
“Tapi kamu, Tiara, selalu berusaha mengalah, menyembunyikan perasaan kamu, saat aku bersama Lidya. Selalu memberikan senyuman, walaupun aku pikir sebenarnya kamu sedang sedih. Aku menceritakannya pada Ana, tentang apa yang aku rasakan terhadapmu, Ana bilang mungkin aku sedang jatuh cinta. Awalnya aku rasa tidak mungkin, tetapi tanpa aku sadari aku selalu menyebut nama mu saat berbicara dengan Ana, aku selalu membahas tentangmu, dan ini pertama kalinya aku berfokus pada seorang gadis, dan membagi cerita tentang seorang gadis pada Ana, aku bahkan tidak peduli apakah Ana akan menjauh setelah tahu aku jatuh cinta pada gadis lain.” Danu tersenyum padaku.
“Aku jatuh cinta padamu, Tiara.”
Danu memelukku erat, dan aku membalas pelukannya. Karena aku tahu itu adalah sebuah pernyataan, bukan pertanyaan yang perlu dijawab, aku rasa Danu selalu yakin aku jatuh cinta padanya, sehingga dia tidak memerlukan pengakuan dariku.



Tamat.

0 komentar:

Posting Komentar

 

De_windows © 2008. Template Design By: SkinCorner