Jumat, 22 Maret 2013

Singalove Bag 4



Selesai mandi dan berpakaian, aku mengetuk pintu kamar Danu, tetapi tidak ada jawaban, mungkin Danu belum pulang setelah tadi aku melihatnya mengantar Lidya pulang. Aku menulis diselembar kertas,Danu terima kasih atas semua waktumu, terima kasih karena sudah bersedia mengajariku, aku berikan buku ini sebagai tanda terima kasih semoga kamu menyukainya. Aku letakkan kertas itu dibawah buku yang aku beli, dan aku meletakannya di meja belajar Danu.
Beberapa hari ini aku agak jarang berkomunikasi dengan Danu, ia jadi jarang makan siang di rumah, terkadang kami makan malam bersama dirumah, terkadang bertiga karena ia mengajak Lidya. Aku tetap pergi dan pulang kuliah dengan bus, tetapi aku bahkan sudah seminggu tidak sarapan bersama Danu, karena aku harus pergi lebih awal dibanding Danu. Setelah makan malampun kami jarang mengobrol karena Danu akan langsung masuk kedalam kamarnya.
Tidak terasa sudah memasuki bulan ketiga sejak kepergian om dan tante. Aku sesekali bertelepon dengan tante Yuri, kami mengobrol ringan, mungkin 3 minggu lagi tante dan om akan pulang. Yah mungkin dengan kepulangan mereka, suasana rumah akan sedikit mencair.
          Hari ini adalah hari kepulangan tante dan om, aku dan Danu menjemput mereka di airport, “kenapa kamu tidak mengajak Lidya?” tanyaku membuka percakapan, “dia sedang ada kuliah tambahan.” “Lidya itu, pacarmu yah?”. Petanyaanku menggantung tanpa jawaban, Danu hanya diam dan berfokus pada jalan. Kalau sudah begini, aku hanya bisa diam, kalau aku lanjutkan, aku takut celetukan anehnya akan keluar. Akhirnya kami diam sampai tiba di airport, kami berjalan bersama menuju kafe tempat tante dan om menunggu, kami terlambat tiba sekitar 20 menit.
          Tante membawa 1 koper tambahan dari kepergiannya, seingatku tante membawa 2 koper besar ketika pergi, dan sekarang ada 3 koper ketika pulang. Tante segera membongkar 1 koper, yang ternyata isinya oleh-oleh untuk aku dan Danu, dan beberapa pakaian baru tante yang ia beli disana.  Aku dan Danu mengambil pemberian dari tante dan aku memeluk tante berterima kasih.
          Malam itu kami makan malam bersama lagi, sudah lama rasanya tidak makan malam bersama tante dan om, tapi kali ini lebih ramai, karena ada Lidya di tengah-tengah kami. Danu memperkenalkan Lidya pada orang tuanya sebagai teman. Yah, mamang mungkin seharusnya seperti ini, karena Danu akan sering mengajak Lidya ke rumah, jadi om dan tante harus mengenal Lidya. Kami mengobrol ringan, tante sedikit bicara dengan Lidya, om lebih banyak diam, aku pikir mungkin om dan tante masih lelah.
          Malam itu setelah makan, aku melihat tante langsung menuju kamarnya, maka aku naik ke lantai dua menuju kamarku. Aku membuka laptopku, menghubungkan internet, dan memang sebelumnya aku sudah berjanji dengan Tasya untuk chat malam ini, kami sering chat, dia sahabatku di Jakarta, tapi terkadang kesibukan membuat kami jarang berkomunikasi. Kami selalu berbagi cerita, dan menjaga rahasia. Aku beberapa kali bercerita tentang Danu kepada Tasya, mulai dari pertemuanku dengan Danu, sikap dingin Danu, sampai aku tau Danu pintar memasak, dan kali ini aku ingin bercerita tentang Lidya, seorang gadis yang cantik yang sering ke rumah dan menghabiskan waktu bersama Danu.
“Sya, seneng banget hari ini om Rudi dan tante Yuri pulang…..tadi kita makan malam bersama, rasanya kangen banget sama suasana makan malam bareng mereka.”,
“Wah, bagus Ra, akhirnya udah bisa tenang ada tante Yuri yang nemenin, selama ini kan sendiri terus, apa kabar Danu?”. Tasya selalu membuatku bersemangat untuk cerita.
“ Sya, akhir-akhir ini Danu sering pulang sama seorang gadis, namanya Lidya, cantik, tapi aku ga terlalu dekat dengan Lidya, kami jarang mengobrol karena Lidya lebih sering bersama Danu, kadang Danu juga  melewatkan makan siang di rumah, entah kemana dia. Makan malam hari ini juga Danu mengundang Lidya.”,
“Terus apa kata Danu?pacar?Teman?”, “Danu sih tadi bilangnya teman….Sya, kadang sedih juga saat melihat mereka bareng, saat pertama ketemu Danu aku memang suka secara fisik, saat dia ngajarin aku ujian, aku mulai suka pribadinya yang ternyata bisa ramah juga, tapi saat aku sadar aku suka sama dia, aku malah harus terima kenyataan Danu menjauh dari aku, dan aku menghargai dia bersama gadis lain. Aku rasa gadis itu cantik dan pintar, jauhlah sama aku,aku seperti mimpi aja.”,
“Hush, tuhkan kamu suka ama Danu…makanya jangan sebel ama orang nanti jadi suka…..
 “Tapi sekarang udah ga boleh suka lagi Sya, kan ada orang lain.” Tiba-tiba chatku pending, dan sambungan internetku bermasalah. Aku keluar dari kamar, karena aku pikir mungkin sinyal, aku duduk di sofa, dan mencoba mengulang koneksi internetku, tapi terus tidak terkoneksi, sampai aku ga sadar aku ketiduran di sofa sambil memegang laptopku.
          Ternyata selama aku tertidur, Danu pulang ke rumah dan melihatku tertidur di sofa, ia mengangkat laptopku dan melihat isi chatku dengan Tasya, ia memindahkan laptopku ke meja, dan membaringkanku di sofa.
          Saat terbangun, ada selimutku di tubuhku, aku mengingat kembali apa yang terakhir aku lakukan sampai aku tertidur di sofa, aku melihat laptopku di meja. Aku beranjak mengmbil laptopku dan aku masuk ke kamarku, melanjutkan tidurku.
          “Semalam menungguku yah sampai tertidur di sofa? Lain kali ga perlu menunggu aku pulang, dan jangan tidur di sofa, karena aku ga kuat mindahin kamu ke kamar.” Celetuk Danu saat kami berpapasan, ia baru saja keluar dari kamar mandi, dan aku baru saja hendak ke kamar mandi. “Makasih selimutnya. Tapi aku ga lagi nungguin Raja Hutan pulang koq” Aku menjawab singkat dengan lidah terjulur kearah Danu dan langsung masuk ke kamar mandi, sebelum di celetukin yang aneh-aneh. Mungkin hatiku masih sedih, karena aku benar-benar merasa ga berniat banyak bicara dengan Danu.
          Tidak terasa, Danu akan segera menyelesaikan skripsinya, dan aku akan naik ke semester 4. Sudah setengah perjalanan kuliahku di Singapore. Aku memang tidak pulang ke Indonesia sampai aku berhasil menyelesaikan kuliahku. Danu semakin jarang dirumah karena ia semakin sibuk dengan skripsinya. Akupun mulai terbiasa bermain dengan teman-teman kuliahku, terkadang kami berkeliling kota di malam hari bersama-sama.  Mungkin aku seperti berlari dari perasaanku terhadap Danu.
          Malam ini tante Yuri berkunjung ke kamarku, sebenarnya ini biasa terjadi. Tapi malam ini, tante membicarakan aku dengan Danu. “Tiara, kamu sudah 2 tahun tinggal bersama kami, tante juga menyukai kamu, sebenarnya tante berharap kamu bisa selamanya disini, atau menjadi bagian keluarga kami. Tapi kahir-akhir ini tante melihat kamu dan Danu semakin jauh, kalian tidak terlihat semakin akrab. Apakah Tiara dan Danu memiliki masalah?”,
“Tante kenapa bicara seperti itu, Tiara senang tinggal bersama tante dan om, untuk Danu, dia sekarang sudah punya pacar, Tiara ga mau pacar nya mikir yang aneh-aneh tentang Tiara, lagi pula Tiara dan Danu sama-sama terlalu sibuk sama kegiatan masing-masing” Jawabku tersenyum pada tante.  
          “Tiara, seringlah berada di rumah, jika ingin berjalan-jalan malam ajaklah Danu, tante akan menyuruhnya menemanimu, tante agak khawatir bila kamu dengan teman-temanmu berjalan di malam hari tanpa ada pria yang menjaga.” Ucap tante saat menutup pintu kamarku. Kami menyudahi pembicaraan kami, dan tante menyuruhku tidur.
          Pagi ini aku lari pagi bersama tante Yuri berkeliling komplek, sampai di rumah kami duduk bersama di teras depan menikamti secangkir teh, terlihat Danu yang sudah rapih menuju motornya. “Danu, akhir-akhir ini mama jarang melihat kamu di rumah, kenapa kamu begitu tega tidak menemani mama, kamu juga tega membiarkan Tiara mengejar bus, kenapa ada pria setega kamu terhadap wanita.” Aku tersenyum mendengar ucapan tante Yuri yang merengek, Danu hanya mendengarkan tanpa menanggapi.
          Hari ini aku hanya ada kuliah tambahan, dan itu agak siang, jadi aku akan pulang agak sore dari kampus. Ketika berjalan menuju gerbang keluar, aku mendengar suara motor jauh dibelakangku dan terdengar semakin jelas mendekat ke arahku. Motor itu berhenti disampingku, sedikit menutupi jalanku, terlihat Danu membuka kaca helmnya, dan menyodorkan sebuah helm kepadaku, tanpa berpikir untuk menolak, aku naik ke motor dan pulang bersama Danu. Sore yang cerah secerah hatiku.
          Malam ini aku memiliki janji dengan teman-temanku, kami akan menikmati malam di sebuah kafe yang menghadap laut. “Tante, malam ini Tiara izin keluar yah bersama teman-teman.” Aku meminta izin kepada tante Yuri saat membantunya memotong beberapa sayuran di dapur untuk makan malam. “Boleh, asal bersama Danu, kalau ga ditemani Danu, tante ga kasih izinnya” tante menjawabku dengan tersenyum. “Danu…Dan…!!” panggil tante dari bawah tangga. Danu terlihat keluar dari kamarnya, “iyah mah, kenapa teriak-teriak?”, “malam ini kamu temani Tiara ke kafe, mama ga tenang kalau dia ga ditemani kamu.”, “tapi ma….”, belum selesai Danu menyelesaikan ucapannya, tante Yuri sudah berbicara dengan keras, “mama ga terima alasan apapun, cepat kamu temani Tiara.”
          Danu mengeluarkan motornya, dan waw…dia sangat keren dengan jaket hitamnya yang senada dengan helm dan motornya, man in black… aku memeluk tante “tante aku pergi…”, Danu mulai menggas motornya tanda memanggilku untuk cepat. Aku memakai helm dan naik dibelakang motor. “aku sedikit ngebut, karena semoga cepat sampai dan cepat pulang juga, jadi sebaiknya kamu pegangan.” Danu berseru dengan kaca helm nya yang masih terbuka, ketika tanganku memegang jaketnya, dia mulai menutup kaca helmnya dan menggas motornya melaju keluar rumah. Ketika kami keluar komplek perumahan, Danu semakin menambah kecepatan motornya, baru kali ini aku naik motor secepat ini bersama Danu, aku secara reflex mengaitkan kedua tanganku melingkar dipinggang Danu.
          Kami sampai, dan teman-temanku sudah terlihat menempati sebuah meja yang posisinya cukup strategis pemandangannya. Aku berlari kecil ke arah mereka, dan menyapa meminta maaf karena terlambat. Mereka tampak tidak memperhatikanku, pandangan mereka tertuju ke sosok hitam di belakangku, yah Danu! Mereka tampak kaget aku datang bersama Danu. Danu tampak tersenyum kepada mereka, dan menarik tanganku. Danu menyampaikan maaf atas kedatangannya, dan meminta izin untuk duduk terpisah bersamaku.
          Aku sangat kikuk, mungkin jika Danu hanya teman biasa, aku akan lebih santai dengan suasana ini, tapi hatiku tidak bisa setenang itu, aku diam , salah tingkah, dan agak gugup. “Malam yang indah, seharusnya kita lebih sering menikmati suasana seperti ini.” Danu memulai pembicaraan, wuah aku terkejut baru pertama kalinya Danu yang memulai pembicaraan, “yah, aku sering menikmatinya bersama teman-temanku, dan mungkin kamu juga bersama Lidya.” Jawabku dengan pandangan ke arah laut. “bukan, maksudku, kita, yah aku dan kamu Tiara…”ucapan Danu berhenti saat seorang pelayan menghampiri kami dan meletakkan dua buah gelas berisi lemon ice pesanan kami. Danu tampak berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah pagar yang membatasi lantai dua kafe tersebut. Aku berjalan mengikuti langkahnya, dan ketika aku meletakkan kedua sikuku di atas pagar besi itu, terasa sebuah tangan merangkul pundakku, dan yah, ketika aku menoleh, Danu merangkulkan telapak tangan kirinya di ujung pundak kiri ku, dan ia tersenyum ke arah ku.
“Mulai saat ini, kamu pacarku. Aku tidak sedang bertanya, ini sebuah pernyataan. Aku tidak membutuhkan jawaban, apalagi penolakan.” Mata Danu melihat ke dalam mataku. Dan aku hanya terpaku mendengar ucapannya.
“Lidya?” aku berbisik di telinganya, karena Danu sedang melihat jauh kearah laut.
“Kau lupa aku memperkenalkannya sebagai teman ke mama? Aku bukan tipe yang suka menutupi sesuatu, apalagi pada orang yang aku sayang, termasuk mama.”
Danu merangkul pundakku semakin erat, membuatku bergeser mendekat ke arahnya, dan sisi tubuh kami saling bersentuhan, sesaat Danu memalingkan wajahnya ke arahku dan mengecup keningnya.
“Mulai saat ini, bertahanlah lebih keras untuk tetap berada disisi ku, dan bertahanlah jika aku mecengkram mu lebih kuat. Tetaplah menjadi penyejuk saat aku bersikap panas, dan tetaplah menjadi pencair saat aku bersikap dingin, dengan kepintaran, keceriaan, dan kesabaranmu.”
Aku mematung sesaat, dan tersenyum untuk menggantikan kata-kata yang tidak bisa aku ucapkan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

De_windows © 2008. Template Design By: SkinCorner