Jumat, 22 Maret 2013

Singalove Bag 1



Hari ini adalah jadwal penerbanganku ke Singapore, aku harus bangun pagi karena ayah membelikanku tiket pesawat dengan jam penerbangan 06.45. Tok…tok..took…. terdengar suara pintu kamar ku diketuk, aku tau itu pasti ibu, benar saja, suara ibu langsung mengikuti irama ketukan pintunya. Tiara!bangun, sudah jam setengah 5, kamu ingatkan hari ini kamu harus berangkat ke Singapore!
Aku berjalan gontai membuka pintu kamarku, dan tersenyum pada ibuku, “iyah mah, jam 06.45 kan?jadwal yang sengaja papa beli agar aku pergi secepat mungkin dari rumah ini?!
“Hush, kamu bicara apa, jadwal itu papa sengaja beli agar kamu tiba disana tidak terlalu sore, Danu harus mengurus kuliah dan takut tidak sempat menjemput kamu kalau terlalu sore atau malam.Sudah mandi sana, papa nunggu kamu dibawah, papa dan mama akan mengantar kamu.”
Yah, sebenarnya aku bukan anak yang baru lulus SMA kemarin, aku sudah lulus 2 tahun lalu, aku sempat bekerja dan kuliah, tapi mungkin tidak seserius yang papa harapkan. Aku tidak terlalu dekat dengan papa, karena ia sibuk bekerja. Mama yang selalu berada dirumah, atau terkadang mama pergi belanja atau ke salon, yah rutinitas ibu-ibu. Aku sendiri sejak bekerja, jarang sekali dirumah, apalagi ketika aku memutuskan kuliah dan bekerja, aku hanya ada dirumah malam hari, itupun aku langsung ke kamar, mandi, dan tidur. Aku jadi semakin jarang bertemu mama dan papa.
Aku bukan anak tunggal, tetapi memang dirumah kami dibiasakan untuk mandiri, ketiga kakak ku sudah bekerja dan mandiri, dua diantaranya sudah menikah. Tinggal aku dan adikku, aku jadi terbiasa juga untuk mandiri, sejak lulus SMA, aku memang berniat bekerja dan menikmati uangku sendiri, aku malu bila masih harus meminta uang jajan.
Mama mendukung niatku ini, tetapi papa sebenarnya ingin aku serius kuliah, yah mungkin karena papa sayang sama aku dan aku adalah anak perempuan, jadi papa tidak mau melihat aku sekeras ini, bahkan ketika aku bilang aku akan kuliah tapi tetap bekerja, papa sempat menentang dan menyuruhku konsen kuliah saja.
Aku tetap menjalani apa yang aku mau, aku bekerja dan pulang bekerja aku kuliah, tapi memang benar yah segala sesuatu butuh restu orang tua, nilai kuliahku berantakan. Bagaimana ga berantakan, waktu untuk belajar sangat sedikit, dan aku bukan tipe orang yang kuat bergadang, kepalaku bisa sakit bila aku kurang tidur.
Aku berjalan menuruni tangga, kamarku ada di lantai dua, dan mama sudah sangat siap mengantar aku, dengan tiga koper besar yang disiapkan mama,-aku harap mama tidak memasukkan kompor dan segala perlengkapan masaknya sampai harus dengan 3 koper-, mama memasukkan semua barang-barang ku kedalamnya, mama memang ibu yang baik, dia selalu lebih tau apa yang aku butuhkan.
          Ini adalah keputusan papa, saat papa menentang keinginan ku, papa memberi aku syarat, bila aku gagal kuliah sambil bekerja, aku harus menuruti rencana papa, mengirimku kuliah ke Singapore, rencana itu bukan rencana dadakan, papa sudah lama merencanakan itu. Mama sering bercerita ketika aku masih SMA, mama dan papa memiliki sahabat yang tinggal di Singapore, bila papa sedang bekerja disana, papa dan mama pasti mengginap di rumah sahabat mereka itu. Papa sebenarnya sudah meminta izin kepada  sahabatnya itu, bila nanti aku sudah lulus SMA, papa akan menitipkan aku tinggal disana dan kuliah disana. Dan keinginan itu disambut baik oleh sahabat papa, om Rudi dan tante Yuri. Mereka sangat antusias dengan rencana papa, wajar saja karena dari cerita mama, aku tahu mereka hanya tinggal dengan satu anak laki-laki mereka, dan itu membuat tante Yuri merasa kesepian karena ga ada perempuan yang menemaninya dirumah. Sebenarnya mereka punya anak perempuan, tapi sudah menikah dan tinggal dengan suami nya.
          Dua tahun lalu aku menolak tawaran papa mengirim aku kuliah di Singapore, karena aku merasa risih harus numpang tinggal bersama orang lain, dan aku ga punya teman disana. Aku juga takut kalau-kalau anak tante Yuri itu orang nya ga baik alias nyebelin.
          “Kamu hati-hati yah, mama sudah siapin semuanya di dalam koper, tante Yuri juga sudah nyiapin semuanya untuk kamu disana, urusan kuliah sudah papa selesaikan, kamu tinggal kuliah yang serius aja, dan jaga sikap yang baik yah ke om Rudi dan tante Yuri, kalau butuh apa-apa telepon mama aja, nanti Danu yang akan jemput kamu, dia akan nunggu kamu di kafe Sira.” Mama berpesan banyak padaku sambil memeluk ku, adikku juga ada, dan dia hanya mencium kedua pipiku, seperti yang biasa dia lakukan kalau aku pergi. “kamu kuliah yang benar, jaga sikap, dan jangan merepotkan orang disana” tambahan dari papa untukku. Dan aku hanya menjawab dengan sebuah anggukan kepala.
          Langkahku agak cepat menuju pintu terakhir yang harus aku lewati untuk dapat naik pesawat. Mama sudah mengurus pengiriman semua koper ku, jadi aku tidak terlalu repot dengan semua bawaan itu, mama seperti memindahkan kamarku, kecuali dindingnya.
          Perjalanan Indonesia-Singapore tidak terlalu lama, sebelum jam makan siang aku telah sampai, dan langkahku cepat menuju kafe Sira yang dipesankan oleh mama. Seorang pramuniaga dengan sigap menyapaku, dan bertanya “have an appointment?”, “yes, my name is Tiara,can I meet my family, Danu?”jawabku terbata-bata. What!family????oh no, bahasa Inggris adalah pelajaran yang membuat nilai rapotku jadi agak buruk, aku bingung harus bilang apa, kosakata di otakku benar-benar terbatas.
          Aku dituntun masuk ke dalam kafe dan pramuniaga itu membawaku ke meja no.39, duduk seorang pria disana dengan secangkir kopi susu di meja,sedang asik bermain dengan sebuah laptop putih yang membuatnya tidak menyadari kedatanganku. “Good afternoon sir, your special guest”. “oh, thanks”. Danu menjawab pramuniaga itu sembari berdiri dari duduknya, setelah pramuniaga itu pergi Danu mengulurkan tangannya kepadaku, dan berucap “ Hai Tiara, I’m Danu, have a nice trip?”

0 komentar:

Posting Komentar

 

De_windows © 2008. Template Design By: SkinCorner