Hari ini adalah jadwal
penerbanganku ke Singapore, aku harus bangun pagi karena ayah membelikanku
tiket pesawat dengan jam penerbangan 06.45. Tok…tok..took…. terdengar suara
pintu kamar ku diketuk, aku tau itu pasti ibu, benar saja, suara ibu langsung
mengikuti irama ketukan pintunya. Tiara!bangun, sudah jam setengah 5, kamu
ingatkan hari ini kamu harus berangkat ke Singapore!
Aku berjalan gontai
membuka pintu kamarku, dan tersenyum pada ibuku, “iyah mah, jam 06.45
kan?jadwal yang sengaja papa beli agar aku pergi secepat mungkin dari rumah
ini?!
“Hush, kamu bicara apa,
jadwal itu papa sengaja beli agar kamu tiba disana tidak terlalu sore, Danu
harus mengurus kuliah dan takut tidak sempat menjemput kamu kalau terlalu sore
atau malam.Sudah mandi sana, papa nunggu kamu dibawah, papa dan mama akan
mengantar kamu.”
Yah, sebenarnya aku bukan
anak yang baru lulus SMA kemarin, aku sudah lulus 2 tahun lalu, aku sempat
bekerja dan kuliah, tapi mungkin tidak seserius yang papa harapkan. Aku tidak
terlalu dekat dengan papa, karena ia sibuk bekerja. Mama yang selalu berada
dirumah, atau terkadang mama pergi belanja atau ke salon, yah rutinitas
ibu-ibu. Aku sendiri sejak bekerja, jarang sekali dirumah, apalagi ketika aku
memutuskan kuliah dan bekerja, aku hanya ada dirumah malam hari, itupun aku
langsung ke kamar, mandi, dan tidur. Aku jadi semakin jarang bertemu mama dan
papa.
Aku bukan anak tunggal,
tetapi memang dirumah kami dibiasakan untuk mandiri, ketiga kakak ku sudah
bekerja dan mandiri, dua diantaranya sudah menikah. Tinggal aku dan adikku, aku
jadi terbiasa juga untuk mandiri, sejak lulus SMA, aku memang berniat bekerja
dan menikmati uangku sendiri, aku malu bila masih harus meminta uang jajan.
Mama mendukung niatku
ini, tetapi papa sebenarnya ingin aku serius kuliah, yah mungkin karena papa
sayang sama aku dan aku adalah anak perempuan, jadi papa tidak mau melihat aku
sekeras ini, bahkan ketika aku bilang aku akan kuliah tapi tetap bekerja, papa
sempat menentang dan menyuruhku konsen kuliah saja.
Aku tetap menjalani apa
yang aku mau, aku bekerja dan pulang bekerja aku kuliah, tapi memang benar yah
segala sesuatu butuh restu orang tua, nilai kuliahku berantakan. Bagaimana ga
berantakan, waktu untuk belajar sangat sedikit, dan aku bukan tipe orang yang
kuat bergadang, kepalaku bisa sakit bila aku kurang tidur.
Aku berjalan menuruni
tangga, kamarku ada di lantai dua, dan mama sudah sangat siap mengantar aku,
dengan tiga koper besar yang disiapkan mama,-aku harap mama tidak memasukkan
kompor dan segala perlengkapan masaknya sampai harus dengan 3 koper-, mama
memasukkan semua barang-barang ku kedalamnya, mama memang ibu yang baik, dia
selalu lebih tau apa yang aku butuhkan.
Ini adalah
keputusan papa, saat papa menentang keinginan ku, papa memberi aku syarat, bila
aku gagal kuliah sambil bekerja, aku harus menuruti rencana papa, mengirimku
kuliah ke Singapore, rencana itu bukan rencana dadakan, papa sudah lama
merencanakan itu. Mama sering bercerita ketika aku masih SMA, mama dan papa
memiliki sahabat yang tinggal di Singapore, bila papa sedang bekerja disana,
papa dan mama pasti mengginap di rumah sahabat mereka itu. Papa sebenarnya
sudah meminta izin kepada sahabatnya
itu, bila nanti aku sudah lulus SMA, papa akan menitipkan aku tinggal disana
dan kuliah disana. Dan keinginan itu disambut baik oleh sahabat papa, om Rudi
dan tante Yuri. Mereka sangat antusias dengan rencana papa, wajar saja karena
dari cerita mama, aku tahu mereka hanya tinggal dengan satu anak laki-laki
mereka, dan itu membuat tante Yuri merasa kesepian karena ga ada perempuan yang
menemaninya dirumah. Sebenarnya mereka punya anak perempuan, tapi sudah menikah
dan tinggal dengan suami nya.
Dua
tahun lalu aku menolak tawaran papa mengirim aku kuliah di Singapore, karena
aku merasa risih harus numpang tinggal bersama orang lain, dan aku ga punya
teman disana. Aku juga takut kalau-kalau anak tante Yuri itu orang nya ga baik
alias nyebelin.
“Kamu
hati-hati yah, mama sudah siapin semuanya di dalam koper, tante Yuri juga sudah
nyiapin semuanya untuk kamu disana, urusan kuliah sudah papa selesaikan, kamu
tinggal kuliah yang serius aja, dan jaga sikap yang baik yah ke om Rudi dan
tante Yuri, kalau butuh apa-apa telepon mama aja, nanti Danu yang akan jemput
kamu, dia akan nunggu kamu di kafe Sira.” Mama berpesan banyak padaku sambil
memeluk ku, adikku juga ada, dan dia hanya mencium kedua pipiku, seperti yang
biasa dia lakukan kalau aku pergi. “kamu kuliah yang benar, jaga sikap, dan
jangan merepotkan orang disana” tambahan dari papa untukku. Dan aku hanya
menjawab dengan sebuah anggukan kepala.
Langkahku
agak cepat menuju pintu terakhir yang harus aku lewati untuk dapat naik
pesawat. Mama sudah mengurus pengiriman semua koper ku, jadi aku tidak terlalu
repot dengan semua bawaan itu, mama seperti memindahkan kamarku, kecuali
dindingnya.
Perjalanan
Indonesia-Singapore tidak terlalu lama, sebelum jam makan siang aku telah
sampai, dan langkahku cepat menuju kafe Sira yang dipesankan oleh mama. Seorang
pramuniaga dengan sigap menyapaku, dan bertanya “have an appointment?”, “yes,
my name is Tiara,can I meet my family, Danu?”jawabku terbata-bata.
What!family????oh no, bahasa Inggris adalah pelajaran yang membuat nilai
rapotku jadi agak buruk, aku bingung harus bilang apa, kosakata di otakku
benar-benar terbatas.
Aku
dituntun masuk ke dalam kafe dan pramuniaga itu membawaku ke meja no.39, duduk
seorang pria disana dengan secangkir kopi susu di meja,sedang asik bermain
dengan sebuah laptop putih yang membuatnya tidak menyadari kedatanganku. “Good
afternoon sir, your special guest”. “oh, thanks”. Danu menjawab pramuniaga itu
sembari berdiri dari duduknya, setelah pramuniaga itu pergi Danu mengulurkan
tangannya kepadaku, dan berucap “ Hai Tiara, I’m Danu, have a nice trip?”
0 komentar:
Posting Komentar