Jumat, 22 Maret 2013

Singalove Bag 3



Pagi itu aku mengantar kepergian tante dan om, mereka naik mobil yang biasa mereka gunakan untuk berangkat kerja. Aku memeluk tante dan mengingatkan om untuk berhati-hati selama perjalanan, Danu juga memeluk ayah dan ibu nya. Setelah mobil terlihat agak jauh, Danu menutup pagar dan kembali masuk ke rumah, itu adalah hari minggu jadi kami tidak kuliah. Aku mengikuti Danu masuk ke dalam rumah, dan aku langsung menuju kamarku.
          Aku kikuk dan ga tau bagaimana nanti aku makan siang dan makan malam, biasanya untuk makan siang tante Yuri akan menyiapkan makanan di lemari pendingin dan aku atau Danu tinggal menghangatkannya atau terkadang akan ada seorang ibu yang mengantar makanan enak ke rumah, dia dari sebuah rumah makan diujung jalan, untuk makan malam tante Yuri akan menyiapkannya di meja makan setelah dia pulang kerja, dan kami akan makan bersama setelah om Rudi dan tante Yuri selesai mandi dan berbenah dikamar mereka.
          Aku turun ke lantai bawah dan mengambil segelas air, aku melirik lemari es dan terdapat beberapa jenis sayuran yang bisa dimasak. Ada beberapa potong daging yang siap dimasak, tapi mungkin hanya cukup untuk beberapa hari, bukan untuk tiga bulan kedepan. Bagaimana aku akan makan, hanya berdua dengan si jutek dengan ekspresi dinginnya tanpa pembicaraan sama sekali, seperti dua orang musuh yang sedang berada di meja yang sama. Oh iyah, selama aku naik motor bersamanya pergi dan pulang kuliah, aku hanya seperti patung yang duduk di motor, tanpa bicara, tanpa berani memegang nya sama sekali, aku pasrah aja kalau sampai ditiup angin besar dan jatuh ke jalan.
          Aku kembali ke lantai dua, duduk disofa panjang dan menonton TV sendirian, aku melihat beberapa acara yang sebelumnya ga pernah aku lihat di Indonesia. Aku menonton TV cukup lama untuk mengusir perasaan gelisah ku, tapi perut ku sudah terasa lapar, dan aku sama sekali belum melihat Danu keluar dari kamarnya. Sudah jam 2 siang, dan aku ga akan sanggup bertahan lagi. Aku turun kebawah dan memotong beberapa sayuran di dapur, beberapa daging cincang, dan aku mulai memasak. Aku bukan seorang gadis yang pandai memasak, tapi aku cukup bisa memasak walau mungkin terkadang rasanya agak aneh. Tapi kali ini aku percaya diri aja daripada aku pingsan karena kelaparan.
          Kuketuk pintu kamar Danu, dan aku mendapat sahutan dari dalam “ya, masuk”, aku membuka pintu dan masuk mengantar sebuah nampan berisi sepiring nasi, sayur dan daging dengan segelas air. “aku masak tadi tapi ga tau kamu suka apa ga, kalau mau silahkan dimakan, kalau ga mau tinggal dibuang aja, ga pake komentar yah.” Aku buru-buru keluar dari kamarnya sebelum dia nyeletuk yang aneh-aneh.
          Setelah makan aku ke kamar mengerjakan beberapa tugas kuliahku, dan aku pusing dengan semua kalimat bahasa Inggris yang aku baca, aku harus membolak-balik kamus, dan sebenarnya aku bisa sangat lama mengerjakan tugasku karena aku harus mengartikannya terlebih dahulu dengan kamus. Hanya tugas berisi 20 soal, yang seharusnya bisa aku selesaikan dalam waktu satu jam, berubah menjadi tugas yang aku selesaikan selama 2 jam lebih, dan sudah jam 6 lewat, aku rapihkan semua buku-buku di ranjangku, dan aku bergegas menuju kamar mandi, dan benar saja, aku keduluan sama Danu, dia ada di kamar mandi, dan aku harus menunggu sampai dia selesai, aku duduk di sofa, dan menonton TV.
          “Kamu ga mau makan malam?” Tanya Danu kepadaku setelah aku membukakan pintu kamarku karena dia mengetuknya berkali-kali saat aku menutup telingaku dengan headset yang menyajikan sebuah lagu kesukaanku. “Mau, tapi makan apa?”
          “Dimakan yah, tadi siang aku juga makan masakan kamu, sebenarnya aku mau buang tapikan sayang beli sayur sama dagingnya pakai uang, terima kasih yah.” Aku senang mendengar ucapannya itu walau dia bicara dengan wajah dinginnya tanpa senyum sedikitpun. “Iyah sama-sama, aku juga makasih karena udah kamu masakin makan malam.” Sahutku sembari tersenyum padanya.
          Aku duduk di kursi belajarku yang aku pindahkan menghadap jendela, aku memandang bintang malam itu, humh masakan Danu enak juga, pasti dia bukan baru pertama kalinya masak, aku berdialog dengan diriku sendiri. Entah kenapa sekarang ini aku merasa lebih tenang dibanding saat-saat awal aku melihat dia bicara dengan ekspresi dinginnya itu, dan akhir-akhir ini dia sudah agak jarang marah atau berteriak kepadaku. Dia lebih sering bicara datar dengan ekspresi dingin.
          Tidak terasa ini sudah seminggu sejak kepergian om dan tante, aku masih pergi dan pulang kuliah bersama Danu, aku dan dia juga bergantian masak, aku menyiapkan sarapan terkadang dia, tergantung siapa yang bangun lebih awal, aku yang menyiapkan makan siang dan dia menyiapkan makan malam. Aku meminta dia yang menyiapkan makan malam, karena menurutku masakan nya lebih enak daripada aku, dan aku akan tidur lebih nyenyak setelah menikmati makan malam yang enak. J
          Kegelisahanku berakhir sudah, ketakutanku saat om dan tante akan pergi sudah terjawab, ternyata walaupun dingin, Danu adalah sosok cowo yang bertanggung jawab, dan memegang kata-katanya. Aku sempat tidak sengaja mendengar pembicaraan Danu dengan tante Yuri di teras depan, “mama akan pergi sekitar tiga bulan, memang kamu baru kenal Tiara, tapi mama dan papa yakin dia gadis yang cukup baik, mama dan papa kenal baik dengan orang tua Tiara, kami yang menyetujui Tiara tinggal disini, mama kesepian sejak kakak mu menikah dan tinggal bersama suaminya. Tiara gadis yang mandiri di Jakarta, ayahnya bercerita Tiara bekerja sambil kuliah, tetapi nilainya kurang baik karena tidak sempat untuk belajar, makanya dia kuliah disini, dan tinggal bersama kita, agar bisa kuliah dengan baik, dan orang tua Tiara percaya pada mama dan papa, sekarang mama titipkan kepercayaan itu ke kamu, jaga dia dengan baik yah.” Sahutan Danu singkat tapi jelas “Iyah, mama ga perlu khawatir, percaya aja sama Danu.”
          Hari ini aku dapat kabar buruk. Ujian seminggu lagi, jadwal sudah keluar dan aku aja masih bingung membaca buku-buku yang semua katanya berbahasa internasional itu, aku buntu berpikir, ga ada teman dekat, ga ada kenalan, ga ada teman yang mau berbagi waktu hanya untuk mengajariku mengartikan kalimat-kalimat itu, mereka semua sudah sibuk sendiri dengan rencana masing-masing menghadapi ujian, yah Singapore adalah negara yang penuh persaingan, ga heran kalau negara ini berkembang pesat dan menjadi negara bisnis, orang-orang disini penuh persaingan. Mereka semua beraktivitas dari pagi sekali sampai larut malam negri ini masih hidup. Aku pernah sekali diajak Danu menemaninya belanja bahan makanan di supermarket yang agak jauh dari rumah, dan yah Singapore memang indah di malam hari.
          Aku turun dari motor dengan lemas dan berjalan masuk ke rumah menuju kamarku, istana tempat aku menumpahkan segala perasaan dengan leluasa tanpa diganggu siapapun, termasuk merenungi gundahku saat ini. Tiba-tiba pintu kamarku diketuk, aku membuka pintu dan terlihat Danu mengantar makan siang untukku, aku langsung meminta maaf karena melupakan tugasku membuat makan siang. “Its oke, sepertinya kamu kurang sehat, makan dan istirahatlah.” Danu pergi meninggalkanku dengan tanganku memegang semua yang Danu bawakan. Dan benar saja, selesai makan siang, hantu tidur menghantuiku, aku tertidur.
          Aku turun ke meja makan karena Danu mengirimku sebuah pesan singkat, “aku tunggu sampai jam 8, kalau ga turun, aku anggap kamu ga mau makan malam, dan aku akan bereskan semua makanan.” Danu sudah memulai suapan pertamanya ketika aku duduk, aku mengambil sedikit nasi dan lauk yang dimasak oleh Danu, masakannya selalu membuat aku berselera makan, aku nambah, dan terdengar “sepertinya sudah sehat sampai kuat makan dua piring.” Aku cengar-cengir kearah dia, dan melanjutkan  makanku. “Dan, aku boleh minta tolong ga?” ucapku setelah menyelesaikan makan malam ku, “apa” sahutnya penasaran kearahku.
          “Minggu depan aku ujian, kamu tau sendiri aku ga fasih berbahasa Inggris, sebenarnya selama ini aku kesulitan membaca buku-buku kuliah ku yang semuanya berbahasa Inggris, aku ga tau bagaimana harus belajarnya, jangan-jangan nanti aku ga tau arti dari pertanyaan soal-soal ujianku, kan selama ini aku selalu membolak-balik kamus saat mengerjakan tugas.”
, “jadi kamu minta tolong apa?”,
“tolongin aku, ajarin aku belajar yah, kamu kan udah semester lima, pasti pelajaran semester satu sangat mudah bagi kamu, dan yang terpenting ajari aku berbahasa Inggris biar aku bisa baca buku dan baca soal.”
          “Jadi kamu minta diajarin baca?” jawab dia dengan senyumnya yang sangat menyebalkan ke arahku. “whateverlah, pokoknya aku mau bisa baca buku-buku kuliahku dan bisa ngerti soal-soal ujianku.Mau bantu ga?Tinggal jawab aja, ga maksa juga kok.” Sahutku ketus.
          Danu beranjak dari duduknya membereskan beberapa piring, dan meninggalkanku di meja makan tanpa menjawab pertanyaanku sama sekali, bahkan sebuah anggukan kepala pun tidak. Aku putus asa, agak menyesal karena mungkin dia marah atas ucapanku yang ketus. Aku berjalan ke lantai dua dan melihatnya sedang duduk di sofa panjang, dia mengarahkan telunjuk nya kearahku dan menggerakkannya seola-olah memanggilku kearahnya. Aku melangkah mendekatinya, dan aku berdiri agak dekat dengannya. “Boleh aja bantuin kamu, tapi ada syaratnya, kamu yang harus siapin sarapan dan makan siang, makan malam tetap aku, dan kamu harus berangkat kuliah sendiri dan pulang kuliah sendiri, kamu kan sudah lama disini pasti bisa pergi sendiri, kalau kamu terus naik motorku, dan kita saling tunggu bener-bener ga efektif, dan aku akan sulit dapat pacar”. Aku pikir syaratnya sulit, ternyata semudah itu, aku langsung mengangguk setuju. “oke kita mulai besok, dan aku akan ajari kamu setiap malam setelah makan malam, dan hari minggu full bila tidak ada halangan.” Danu mempertegas perjanjian kami.
          Pagi ini aku bangun lebih pagi dari biasanya, aku harus nyiapin sarapan dan mengejar jam keberangkatan bus. Semalam aku sudah bertanya ke beberapa teman untuk informasi angkutan dari rumah ke kampus, dan bus di Singapore punya jadwalnya sendiri, terlambat berarti ditinggal dan harus nunggu bus selanutnya, yang berarti terlambat masuk ke kelas! Sarapan sudah siap di kamar Danu saat dia mandi, dan aku langsung berjalan kearah halte bus disekitar rumahku, aku berjalan kaki sekitar 10 menit untuk mencapai halte, ternyata syaratnya ga semudah yang aku bayangkan, lumayan juga harus berjalan kaki dan mengejar jam keberangkatan bus.
          Aku sampai dirumah terlebih dahulu, dan aku mulai menyiapkan makan siang. Aku makan siang sendiri hari ini karena Danu masih belum sampai dirumah. Aku mengisi kesendirianku dengan mengerjakan beberapa tugas agar nanti tidak mengganggu waktu belajarku. Aku sempat melirik jam dinding di kamarku, sudah jam 2 siang lewat 20 menit, dan Danu masih belum sampai. Aku menjadi agak khawatir, ga seperti biasanya dia pulang sangat terlambat, mungkin karena biasanya dia harus langsung mengantar aku pulang ke rumah. Aku mengiriminya sebuah pesan singkat “hari ini aku sudah buatkan makan siang, kamu dimana?apa tidak mau makan siang dirumah?”
          Terdengar suara motor di depan rumah, suara yang sangat aku kenal, aku langsung turun ke lantai bawah, dan terlihat Danu sedang membawa beberapa kantong plastik besar, dari warna-warnanya aku tahu dia baru saja berbelanja di supermarket, kantong belanjanya berisi sayur-sayuran, daging, beberapa buah, beberapa kaleng susu, roti dan selai, wuah dia baru saja belanja besar. Seorang pria muda dengan motor sporty belanja sebanyak itu mengalahkan belanjanya ibu-ibu. Tapi dia ga malu, aku salut.
          “Ini persediaan untuk beberapa hari kedepan, mana makan siangnya, aku lapar nih.” , aku langsung menyiapkan makan untuknya, terlihat dia agak lelah. Aku duduk menemaninya makan, dia makan dengan lahap dan itu membuatku tersenyum senang. Padahal dia bisa saja makan di kafe, tapi dia tetap pulang dan memakan masakanku,haha mungkin aku terlalu GR. Dia bangkit berdiri, dan aku menghalanginya mencuci piring, “sini aku aja yang cuci, kamu istirahat aja, kelihatannya lelah.”
Tanpa berkata apapun, Danu melangkahkan kakinya menuju tangga, aku mendengar suara langkahnya di tangga. Aku meneruskan mencuci piring, dan merapihkan beberapa peralatan masak yang tadi aku gunakan. Aku sempatkan diriku mengecek pintu dan jendela, setelah itu aku naik ke lantai dua menuju kamarku, aku melihat Danu sedang duduk di sofa panjang memegang sebuah buku ditangannya. Aku mendekatinya dan duduk di sampingnya, aku mencuri lihat buku yang sedang ia baca, jujur aku sangat suka membaca, tapi buku bacaan yang bahasanya aku mengerti.
“Hari ini kita belajar lagi yah, dikamar kamu aja, kamarku agak berantakan tadi belum sempat aku rapihkan.” Danu memulai pembicaraan denganku.
 “Oke, setelah kamu selesai membaca buku itu?” tanyaku kepadanya sambil menunjuk buku yang sedang dibacanya.
“kamu bersedia nunggu sampai aku selesai membaca buku ini? Yah, 217 halaman, dan aku baru sampai di halaman 53”, jawabnya sambil tetap membaca buku itu. Tiba-tiba Danu menutup bukunya, dan berjalan masuk ke kamarku. “ayo, nunggu apa lagi, aku ga punya banyak waktu untuk ngajarin kamu, jadi lebih cepat dimulai akan lebih baik.” Danu melanjutkan ucapannya. Aku bergegas mengikuti langkahnya ke dalam kamar.
Tidak terasa ini hari terakhirku ujian, dan tadi malam Danu sudah mengajukan surat berhenti mengajariku, haha…baru kali ini aku melihat sikap Danu yang punya selera humor. Aku berjalan dengan riang menyusuri halaman depan kampusku, aku merasa lega karena aku merasa cukup yakin dalam mengerjakan soal-soal ujianku, aku melangkah menuju halte bus terdekat dari kampusku. Aku berpikir sebaiknya aku membeli sesuatu untuk Danu, sebagai bentuk ucapan terima kasih. Tapi aku ingin membeli apa untuknya, dan aku sadar ternyata selama ini aku tidak tahu apa yang disukai Danu, kecuali membaca buku dan bermain laptop. Yah, itu dia, buku, aku segera turun dari bus di halte selanjutnya, dan aku menyetop sebuah taxi yang 10 menit kemudian telah mengantarkanku ke sebuah mall. Aku turun dan bergegas mencari toko buku di mall tersebut. Tanganku mengambil sebuah buku yang aku harap Danu akan suka, aku membayar, dan naik taxi pulang ke rumah.
          Ketika aku masuk kedalam rumah, aku agak penasaran karena ada dua pasang sepatu di luar, sepasang adalah milik Danu, tetapi sepasang lagi baru kali ini aku melihatnya. Aku masuk dan ketika melewati dapur, aku melihat seorang wanita duduk di meja maka menemani Danu yang, mereka sedang makan siang bersama. Aku agak canggung menemui mereka, tetapi wanita itu terlanjur melihatku, Danu menoleh kearahku dan memanggilku. “Tiara, kenalkan ini Lidya.” Aku menjabat tangan Lidya, dan tersenyum padanya. Aku meminta izin kepada mereka untuk naik ke kamarku, dan aku duduk diatas ranjangku menatapi buku yang aku hadiahkan pada Danu. Entah perasaan apa ini, mana mungkin aku cemburu, yah aku memang menyukai Danu secara fisik, tetapi ga berarti aku mencintainya apalagi ingin menjadi miliknya. Aku berkutat perasaan aneh yang terus mengisi hatiku

0 komentar:

Posting Komentar

 

De_windows © 2008. Template Design By: SkinCorner