Jumat, 22 Maret 2013

Singalove Bag 2




Oh my God, ga kebayang harus bahasa Inggriskah disini????bisa jadi alim mendadak karena kehabisan kosakata nih. “Danu, bisakah kamu berbahasa Indonesia?”tanyaku, dan Danu dengan cepatnya menjawab “bisa”. “hufh, lega, jujur aku ga fasih bahkan ga mampu sebenarnya berbahasa Inggris”. Aku lega paling ga aku aman ada seorang penerjemah untukku. Danu hanya tersenyum dan kembali duduk. “Sudah makan?” Danu lalu memanggil seorang pramuniaga, dan memberikanku daftar menu di kafe itu, jujur aku sangat lapar, tapi, aku kembali bermasalah dengan daftar menu itu, aku ga ngerti menu apa aja itu. “Dan, aku mau nasi, yang mana yah menu nya?”. “Nasi goreng aja?” aku langsung mengangguk dengan tawaran Danu.
          Sepiring nasi goreng dan sebotol air mineral, cukup untuk membuat ku sanggup berjalan lagi ke airport untuk mengambil koper-koperku. “Kamu benar-benar niat yah tinggal disini” celetuk Danu begitu melihat tiga koper besar yang diatas namakan Tiara. Aku nyengir sejadinya, nahan malu sekaligus kesal dengan ekspresi Danu kepadaku.
          Danu cowo agak jutek menurutku, ga banyak bicara hanya seperlunya aja, ga basa-basi, dan kadang bicara nya ketus dengan ekspresi wajah dingin. Aku nyengir dan senyum sendirian karena ga pernah dapet balesan senyum dari dia. Dia memanggil seorang jasa pembawa barang, dan menaikkan ketiga koper itu ke sebuah troli, Danu berjalan cukup cepat, mengarahkan aku dan pembawa barang itu ke sebuah mobil yang berada di parkiran dekat kafe Sira.
          Selama menyetir, Danu tidak banyak bicara, ia sangat fokus dengan jalan dan aku pun ga mau seperti orang bodoh yang bicara sendiri, aku ikut diam. Agak risih rasanya semobil dengan orang yang ga pernah aku kenal sebelumnya, dengan situasi dingin tanpa obrolan. Sesekali aku melirik Danu, huh walau dia dingin dan jutek, tapi dia ganteng dan atletis. Aku suka dia secara fisik, tapi ga secara pribadinya.
          Tiba-tiba Danu mengerem mobilnya sampai berhenti di sebuah rumah bertingkat dua yang kelihatan agak asri dari depan. Beberapa pepohonan rindang dan pot-pot berisi tanaman bunga terpajang rapi di halaman depan. Danu membuka pintu mobilnya “ kita sudah sampai”. Aku mengikuti Danu turun dari mobil dan membantunya membawa salah satu koper milikku, berarti Danu harus membawa sisanya. Dia membawa dua koper dengan agak kesulitan dan aku tersenyum geli melihat wajah kesalnya dengan koper di masing-masing tangannya. Sesampainya di tangga, Danu menghentikan langkahku “kamar kamu di lantai dua, koper-koper ini kamu cicil aja naik sampai ke lantai dua”. What!!please cowo mana yang setega itu sama cewe, disuruh bawa tiga koper naik tangga!
          Mau protes rasanya, tapi dia keburu pergi ke luar untuk masukin mobilnya ke garasi rumah. Huh, ga ada pilihan, aku bawa satu koper ke atas, dan aku ngos-ngosan, langsung duduk dilantai ngejulurin dua kaki, aku jadi penasaran koper ini diisi apa sama mama sampe seberat ini. Aku turun lagi kebawah, dan naikkin satu koper lagi ngelewatin tangga-tangga, kali ini lebih lambat karena aku sudah kecapean, dan tangan rasanya pegal banget.
          Akhirnya aku sampai di anak tangga terakhir dan koper kedua ku berhasil mendarat dengan selamat di lantai dua, aku duduk lagi ngejulurin kaki, dan tiba-tiba langkah kaki terdengar ditangga, Danu membawa koper terakhirku naik ke atas. “Sebaiknya kamu betah disini, berat juga bawaan kamu, ga kebayang nuruninnya secape apa nanti”. Masih dengan ekspresi khas nya Danu nyeletuk seenak nya aja.
          Danu menunjukkan jari nya ke sebuah pintu “itu kamar kamu, dulu itu kamar Dina”, dan dia membuka pintu yang persis berseberangan dengan pintu kamar ku. Aku melihat sekeliling, dan agak sederhana desain di lantai dua ini, dua buah pintu kamar yang saling berhadapan, sebuah sofa panjang dengan meja kecil di depannya, dan sebuah TV tidak jauh dari sofa, ada sebuah teras yang menghadap ke jalan, dan sebuah pintu disamping kamarku, ketika aku buka, ternyata sebuah kamar mandi dengan fasilitas lengkap.
          Aku menarik koperku satu persatu kedalam kamar, kamar yang benar-benar lucu dan girly, dengan warna dominan pink, tempat tidur dengan beberapa boneka,sebuah meja belajar, dua buah lemari baju berwarna pink, dan meja rias yang juga pink, cat kamar pink dan beberapa aksen putih. Sebenarnya aku lebih suka warna hijau, tapi pink ga terlalu buruk, pasti tante Yuri yang menyiapkan ini semua pikirku. Aku membongkar koper-koperku, memasukkan baju-baju ke dalam lemari, meletakkan beberapa perlengkapan make-up ku di meja rias, beberapa buku yang memang sengaja aku minta ke mama untuk memasukkannya ke koper aku letakkan di meja belajar, dan kamarku siap digunakan.
          Ternyata cukup lama aku merapikan barang-barangku, aku melihat jam ternyata sudah jam tujuh kurang, dan aku langsung mengambil handuk dan perlengkapan mandi ku menuju kamar mandi, aku membuka pintu kamar mandi, dan “hei, bisa ketuk pintu dulukan sebelum masuk, ga tau sopan santun yah!” Danu marah-marah dengan berteriak kepadaku, dia ternyata sedang mandi, untung dia mandi ditutupi tirai, jadi aku ga melihat apapun. “Yey, yang namanya lagi mandi tuh dikunci pintunya , udah salah, galak lagi!” sahutku ga mau ngalah. Aku mendengus kesal dan masuk kembali ke kamar. Tiba-tiba sebuah suara terdengar “lain kali kalau pintu tertutup harus di ketuk dulu baru masuk”. Danu berbicara kepadaku dari depan pintu kamarku, kali ini suaranya ga sekeras tadi, mungkin tadi dia juga kaget dan lepas kendali bicaranya. Aku keluar kamar dan masuk ke kamar mandi.
          Ternyata Danu orang yang cukup rapih, kamar mandi yang baru ditinggalkannya tidak berantakan dengan sabun atau busa, aku menjadi cukup nyaman walau harus satu kamar mandi dengan orang yang baru aku kenal. Aku merenung agak lama dikamar mandi, aku penasaran dengan sosok om Rudi dan tante Rudi, apa mereka sejutek Danu? Aku Cuma pernah melihat foto mereka bersama mama dan papa. Aku juga merenung, berarti aku akan mewati hari-hari ku bersama cowo yang dingin dan jutek, berhadapan kamar dengannya, memakai kamar mandi yang sama, dan bersama-sama menempati lantai dua dengan nya. Oh my God, please bless me.
          Aku keluar dari kamar mandi dan masuk kembali ke kamarku, aku mendengarkan musik dari laptop yang aku bawa, aku berchating ria dengan sahabatku di Jakarta, dan aku menceritakan Danu si cowo jutek dan dingin, sampai suara ketukan terdengar dari pintu kamarku, “Tiara, ini tante Yuri, kamu di kamar? Mari makan malam bersama”. Aku berjalan cepat menuju pintu, membukanya, dan menyapa tante Yuri sambil tersenyum, “iyah tante.” Sahutku. Kami berjalan berdua menuruni tangga menuju meja makan di lantai bawah, disana ada om Rudi dan Danu yang sudah duduk dan siap makan, om Rudi tersenyum padaku,dan memanggil namaku, aku membalas senyumnya, dan mengucapkan terima kasih kepada mereka karena telah mengizinkan ku tinggal bersama mereka. Aku juga berterima kasih kepada tante Yuri atas kamar yang telah disiapkannya untukku. “ga semuanya tante yang siapkan kok Tiara, Danu juga yang bantu,tante cuma bersih-bersihin aja, semenjak ditinggal Dina kamar ny belum pernah ditata ulang.” tante tersenyum melirik Danu, dan aku juga tersenyum pada Danu, tapi tetap aja senyum sendiri deh, Danu diam ga bereaksi sedikitpun.
          Selesai makan, Danu langsung naik ke lantai dua, dan aku tetap di lantai bawah menonton TV bersama tante Yuri, “Danu memang begitu Tiara, agak dingin, tapi dia baik, Tiara tenang aja yah tidur di lantai dua bersama Danu, kalau dia berani aneh-aneh Tiara bilang yah ke tante, Danu itu jarang bergaul apalagi sama perempuan, tante aja ga pernah ngeliat dia jalan sama perempuan apalagi ngenalin perempuan ke tante, tante agak takut juga sebenarnya Danu itu harusnya sudah mulai suka sama perempuan.” Cerita tante kepadaku sambil cengar-cengir. “Tiara ga fasih berbahasa Inggris yah? Nanti juga akan terbiasa dan bisa, Danu bisa kok ngajarin Tiara kalau Tiara butuh bantuan dia. Tiara satu tempat kuliah sama Danu, tapi Danu udah semester lima. Jadi Tiara bisa berangkat bareng sama Danu ke kampus, kan Tiara belum terlalu kenal daerah-daerah disini.”Tante kembali bercerita panjang lebar padaku, aku senang ternyata tante Yuri cukup baik dan sangat pengertian, seperti ibuku sendiri. Aku memang seumuran dengan Danu, tapi karena aku telat kuliahnya, yah jelas Danu udah lima semester diatas aku. Aku beranjak dari duduk bersama tante setelah tante menguap dan ingin tidur, aku juga sudah merasa ngantuk, aku berjalan menaiki tangga ke lantai dua, membuka pintu kamar dan tidur di atas ranjang baruku.
          Humh, rumah baru, suasana baru, lingkungan baru, hidup baru. Aku berjalan menuju kamar mandi dan mengetuk pintu beberapa kali, tidak ada jawaban, dan Danu berjalan keluar dari kamarnya, aku protes “lha kalau aku disuruh ketuk-ketuk pintu kamar mandi tapi kamu nya ga ada didalam sama aja aku buang tenaga, lain kali kunci aja pintu kamar mandinya, dan aku ga perlu ketuk-ketuk ga jelas seperti ini kan.kecuali masuk ke kamar kamu, tapi aku pasti mikir berkali-kali dulu untuk masuk ke sarang harimau yang galaknya amat sangat!” ekspresi ku pati seperti orang yang sebel, dan aku langsung masuk ke kamar mandi sebelum Danu nyeletuk aneh-aneh dan bikin mood ku makin buruk.
          Belum waktunya untuk masuk kuliah, aku punya waktu beberapa hari sampai memulai kuliahku. Aku mengisi waktuku dengan membuka—buka internet berkaitan dengan universitas ku, daerah tempat tinggalku saat ini, dan tempat wisata yang dapat aku kunjungi lengkap dengan alat transportasinya. Terkadang disore hari aku akan berjalan keluar rumah dan berkeliling kompleks, melihat-lihat daerah sekitar dan kegiatan para tetangga pada sore hari. Aku bukan wanita yang suka belanja atau menghabiskan waktu di kafe, aku lebih nyaman dirumah atau beraktivitas yang bermanfaat dan ga menghambur-hamburkan uang.
          Hari pertama aku kuliah, aku bangun terlalu pagi karena ga bisa tidur, aku gugup dan penasaran dengan lingkungan kuliahku, aku akan berangkat bersama Danu, karena aku ga bisa berangkat sendirian, setelah sarapan bersama, om Rudi dan tante Yuri tersenyum padaku, dan mengingatkan Danu untuk mengantarku dan menunggu kuliahku untuk pulang bersama. Danu tanpa menjawab apapun melangkah ke lantai dua, mengambil tasnya, dan menuju garasi. “ayo cepat kalau ga mau di tinggal!” teriak Danu ketika ia mengambil kunci dari sebuah meja kecil, aku bergegas mengikutinya, dan berpamitan pada om dan tante.
          Ternyata Danu mengeluarkan sebuah motor ninja berwarna hitam dari garasi,memberiku sebuah helm dan menyuruhku naik ke motor. Aku beberapa kali melihat Danu memakai motor ini untuk berpergian entah kemana, dan pulang sebelum orang tuanya sampai di rumah. Bila sudah begitu aku akan dirumah dan ga kemana-mana karena aku takut meninggalkan rumah orang lain dalam kondisi kosong.
          Hari pertama yang cukup baik, aku masuk ke dalam kelas yang berisi sekitar 35 mahasiswa dari berbagai negara, tapi tetap berbahasa Inggris dan aku jadi lebih banyak diam. Danu mengirim sms kepadaku dan mengatakan dia menungguku di parkiran motor, aku langsung menuju parkiran setelah kelasku selesai, dan kami pulang bersama.
          Kami semua makan malam bersama seperti biasanya, tapi kali ini ada yang berbeda dengan perasaanku setelah tante menyampaikan bahwa tante dan om ada pekerjaan yang harus meninggalkan rumah selama tiga bulan kurang lebih, aku melirik Danu tapi dia tetap tenang tanpa ekspresi, dan hanya mengatakan agar orang tuanya berhati-hati. “mama titip Tiara yah Danu, mama percaya sama kamu” hanya kalimat singkat itu yang diucapkan tante kepada anaknya yang galak, dingin, dan jutek itu. Jelas aja perasaan ku ga tenang, aku akan tinggal hanya berdua bersama cowo yang belum lama aku kenal, dengan karakternya yang galak, dingin, dan jutek. Aku makan apa kalau ga ada tante dan om, kalau tiba-tiba dia ninggalin aku di kampus, aku minta tolong sama siapa, kalau dia pergi keluar dan ga pulang ngebiarin aku dirumah sendirian sampai malam, aku harus bagaimana. Semua perasaan dan pikiran negative itu jadi satu dibenakku. “tante kapan berangkat?” tanyaku pada tante. “besok, tapi tante sudah titipkan urusan kebersihan rumah pada seorang ibu yang akan datang setiap pagi dan dia akan pulang begitu tugasnya selesai, Danu sudah terbiasa dengan hal ini, Tiara tenang saja yah. Semua sudah diatur dan mudah-mudahan Tiara nyaman disini.” Jawaban tante agak menenangkanku sedikit.

0 komentar:

Posting Komentar

 

De_windows © 2008. Template Design By: SkinCorner