Selesai mandi dan
berpakaian, aku mengetuk pintu kamar Danu, tetapi tidak ada jawaban, mungkin
Danu belum pulang setelah tadi aku melihatnya mengantar Lidya pulang. Aku
menulis diselembar kertas,Danu terima kasih atas semua waktumu, terima kasih
karena sudah bersedia mengajariku, aku berikan buku ini sebagai tanda terima
kasih semoga kamu menyukainya. Aku letakkan kertas itu dibawah buku yang aku
beli, dan aku meletakannya di meja belajar Danu.
Beberapa hari ini aku
agak jarang berkomunikasi dengan Danu, ia jadi jarang makan siang di rumah,
terkadang kami makan malam bersama dirumah, terkadang bertiga karena ia
mengajak Lidya. Aku tetap pergi dan pulang kuliah dengan bus, tetapi aku bahkan
sudah seminggu tidak sarapan bersama Danu, karena aku harus pergi lebih awal dibanding
Danu. Setelah makan malampun kami jarang mengobrol karena Danu akan langsung
masuk kedalam kamarnya.
Tidak terasa sudah
memasuki bulan ketiga sejak kepergian om dan tante. Aku sesekali bertelepon
dengan tante Yuri, kami mengobrol ringan, mungkin 3 minggu lagi tante dan om
akan pulang. Yah mungkin dengan kepulangan mereka, suasana rumah akan sedikit
mencair.
Hari
ini adalah hari kepulangan tante dan om, aku dan Danu menjemput mereka di
airport, “kenapa kamu tidak mengajak Lidya?” tanyaku membuka percakapan, “dia
sedang ada kuliah tambahan.” “Lidya itu, pacarmu yah?”. Petanyaanku menggantung
tanpa jawaban, Danu hanya diam dan berfokus pada jalan. Kalau sudah begini, aku
hanya bisa diam, kalau aku lanjutkan, aku takut celetukan anehnya akan keluar.
Akhirnya kami diam sampai tiba di airport, kami berjalan bersama menuju kafe
tempat tante dan om menunggu, kami terlambat tiba sekitar 20 menit.
Tante
membawa 1 koper tambahan dari kepergiannya, seingatku tante membawa 2 koper
besar ketika pergi, dan sekarang ada 3 koper ketika pulang. Tante segera
membongkar 1 koper, yang ternyata isinya oleh-oleh untuk aku dan Danu, dan
beberapa pakaian baru tante yang ia beli disana. Aku dan Danu mengambil pemberian dari tante
dan aku memeluk tante berterima kasih.
Malam
itu kami makan malam bersama lagi, sudah lama rasanya tidak makan malam bersama
tante dan om, tapi kali ini lebih ramai, karena ada Lidya di tengah-tengah
kami. Danu memperkenalkan Lidya pada orang tuanya sebagai teman. Yah, mamang
mungkin seharusnya seperti ini, karena Danu akan sering mengajak Lidya ke
rumah, jadi om dan tante harus mengenal Lidya. Kami mengobrol ringan, tante
sedikit bicara dengan Lidya, om lebih banyak diam, aku pikir mungkin om dan
tante masih lelah.
Malam
itu setelah makan, aku melihat tante langsung menuju kamarnya, maka aku naik ke
lantai dua menuju kamarku. Aku membuka laptopku, menghubungkan internet, dan
memang sebelumnya aku sudah berjanji dengan Tasya untuk chat malam ini, kami
sering chat, dia sahabatku di Jakarta, tapi terkadang kesibukan membuat kami
jarang berkomunikasi. Kami selalu berbagi cerita, dan menjaga rahasia. Aku
beberapa kali bercerita tentang Danu kepada Tasya, mulai dari pertemuanku
dengan Danu, sikap dingin Danu, sampai aku tau Danu pintar memasak, dan kali
ini aku ingin bercerita tentang Lidya, seorang gadis yang cantik yang sering ke
rumah dan menghabiskan waktu bersama Danu.
“Sya, seneng banget hari ini om Rudi dan tante Yuri
pulang…..tadi kita makan malam bersama, rasanya kangen banget sama suasana
makan malam bareng mereka.”,
“Wah, bagus Ra, akhirnya udah bisa tenang ada tante
Yuri yang nemenin, selama ini kan sendiri terus, apa kabar Danu?”. Tasya selalu
membuatku bersemangat untuk cerita.
“ Sya, akhir-akhir ini Danu sering pulang sama seorang
gadis, namanya Lidya, cantik, tapi aku ga terlalu dekat dengan Lidya, kami
jarang mengobrol karena Lidya lebih sering bersama Danu, kadang Danu juga melewatkan makan siang di rumah, entah kemana
dia. Makan malam hari ini juga Danu mengundang Lidya.”,
“Terus apa kata Danu?pacar?Teman?”, “Danu sih tadi
bilangnya teman….Sya, kadang sedih juga saat melihat mereka bareng, saat
pertama ketemu Danu aku memang suka secara fisik, saat dia ngajarin aku ujian,
aku mulai suka pribadinya yang ternyata bisa ramah juga, tapi saat aku sadar
aku suka sama dia, aku malah harus terima kenyataan Danu menjauh dari aku, dan
aku menghargai dia bersama gadis lain. Aku rasa gadis itu cantik dan pintar,
jauhlah sama aku,aku seperti mimpi aja.”,
“Hush, tuhkan kamu suka ama Danu…makanya jangan sebel
ama orang nanti jadi suka…..
“Tapi sekarang
udah ga boleh suka lagi Sya, kan ada orang lain.” Tiba-tiba chatku pending, dan
sambungan internetku bermasalah. Aku keluar dari kamar, karena aku pikir
mungkin sinyal, aku duduk di sofa, dan mencoba mengulang koneksi internetku,
tapi terus tidak terkoneksi, sampai aku ga sadar aku ketiduran di sofa sambil
memegang laptopku.
Ternyata
selama aku tertidur, Danu pulang ke rumah dan melihatku tertidur di sofa, ia
mengangkat laptopku dan melihat isi chatku dengan Tasya, ia memindahkan
laptopku ke meja, dan membaringkanku di sofa.
Saat
terbangun, ada selimutku di tubuhku, aku mengingat kembali apa yang terakhir
aku lakukan sampai aku tertidur di sofa, aku melihat laptopku di meja. Aku
beranjak mengmbil laptopku dan aku masuk ke kamarku, melanjutkan tidurku.
“Semalam
menungguku yah sampai tertidur di sofa? Lain kali ga perlu menunggu aku pulang,
dan jangan tidur di sofa, karena aku ga kuat mindahin kamu ke kamar.” Celetuk
Danu saat kami berpapasan, ia baru saja keluar dari kamar mandi, dan aku baru
saja hendak ke kamar mandi. “Makasih selimutnya. Tapi aku ga lagi nungguin Raja
Hutan pulang koq” Aku menjawab singkat dengan lidah terjulur kearah Danu dan
langsung masuk ke kamar mandi, sebelum di celetukin yang aneh-aneh. Mungkin
hatiku masih sedih, karena aku benar-benar merasa ga berniat banyak bicara
dengan Danu.
Tidak
terasa, Danu akan segera menyelesaikan skripsinya, dan aku akan naik ke
semester 4. Sudah setengah perjalanan kuliahku di Singapore. Aku memang tidak
pulang ke Indonesia sampai aku berhasil menyelesaikan kuliahku. Danu semakin
jarang dirumah karena ia semakin sibuk dengan skripsinya. Akupun mulai terbiasa
bermain dengan teman-teman kuliahku, terkadang kami berkeliling kota di malam hari
bersama-sama. Mungkin aku seperti
berlari dari perasaanku terhadap Danu.
Malam
ini tante Yuri berkunjung ke kamarku, sebenarnya ini biasa terjadi. Tapi malam
ini, tante membicarakan aku dengan Danu. “Tiara, kamu sudah 2 tahun tinggal
bersama kami, tante juga menyukai kamu, sebenarnya tante berharap kamu bisa
selamanya disini, atau menjadi bagian keluarga kami. Tapi kahir-akhir ini tante
melihat kamu dan Danu semakin jauh, kalian tidak terlihat semakin akrab. Apakah
Tiara dan Danu memiliki masalah?”,
“Tante kenapa bicara seperti itu, Tiara senang tinggal
bersama tante dan om, untuk Danu, dia sekarang sudah punya pacar, Tiara ga mau
pacar nya mikir yang aneh-aneh tentang Tiara, lagi pula Tiara dan Danu
sama-sama terlalu sibuk sama kegiatan masing-masing” Jawabku tersenyum pada
tante.
“Tiara,
seringlah berada di rumah, jika ingin berjalan-jalan malam ajaklah Danu, tante
akan menyuruhnya menemanimu, tante agak khawatir bila kamu dengan teman-temanmu
berjalan di malam hari tanpa ada pria yang menjaga.” Ucap tante saat menutup
pintu kamarku. Kami menyudahi pembicaraan kami, dan tante menyuruhku tidur.
Pagi
ini aku lari pagi bersama tante Yuri berkeliling komplek, sampai di rumah kami
duduk bersama di teras depan menikamti secangkir teh, terlihat Danu yang sudah
rapih menuju motornya. “Danu, akhir-akhir ini mama jarang melihat kamu di
rumah, kenapa kamu begitu tega tidak menemani mama, kamu juga tega membiarkan
Tiara mengejar bus, kenapa ada pria setega kamu terhadap wanita.” Aku tersenyum
mendengar ucapan tante Yuri yang merengek, Danu hanya mendengarkan tanpa
menanggapi.
Hari
ini aku hanya ada kuliah tambahan, dan itu agak siang, jadi aku akan pulang
agak sore dari kampus. Ketika berjalan menuju gerbang keluar, aku mendengar
suara motor jauh dibelakangku dan terdengar semakin jelas mendekat ke arahku.
Motor itu berhenti disampingku, sedikit menutupi jalanku, terlihat Danu membuka
kaca helmnya, dan menyodorkan sebuah helm kepadaku, tanpa berpikir untuk
menolak, aku naik ke motor dan pulang bersama Danu. Sore yang cerah secerah
hatiku.
Malam
ini aku memiliki janji dengan teman-temanku, kami akan menikmati malam di
sebuah kafe yang menghadap laut. “Tante, malam ini Tiara izin keluar yah
bersama teman-teman.” Aku meminta izin kepada tante Yuri saat membantunya
memotong beberapa sayuran di dapur untuk makan malam. “Boleh, asal bersama
Danu, kalau ga ditemani Danu, tante ga kasih izinnya” tante menjawabku dengan
tersenyum. “Danu…Dan…!!” panggil tante dari bawah tangga. Danu terlihat keluar
dari kamarnya, “iyah mah, kenapa teriak-teriak?”, “malam ini kamu temani Tiara
ke kafe, mama ga tenang kalau dia ga ditemani kamu.”, “tapi ma….”, belum
selesai Danu menyelesaikan ucapannya, tante Yuri sudah berbicara dengan keras,
“mama ga terima alasan apapun, cepat kamu temani Tiara.”
Danu
mengeluarkan motornya, dan waw…dia sangat keren dengan jaket hitamnya yang
senada dengan helm dan motornya, man in black… aku memeluk tante “tante aku
pergi…”, Danu mulai menggas motornya tanda memanggilku untuk cepat. Aku memakai
helm dan naik dibelakang motor. “aku sedikit ngebut, karena semoga cepat sampai
dan cepat pulang juga, jadi sebaiknya kamu pegangan.” Danu berseru dengan kaca
helm nya yang masih terbuka, ketika tanganku memegang jaketnya, dia mulai
menutup kaca helmnya dan menggas motornya melaju keluar rumah. Ketika kami
keluar komplek perumahan, Danu semakin menambah kecepatan motornya, baru kali
ini aku naik motor secepat ini bersama Danu, aku secara reflex mengaitkan kedua
tanganku melingkar dipinggang Danu.
Kami
sampai, dan teman-temanku sudah terlihat menempati sebuah meja yang posisinya
cukup strategis pemandangannya. Aku berlari kecil ke arah mereka, dan menyapa
meminta maaf karena terlambat. Mereka tampak tidak memperhatikanku, pandangan
mereka tertuju ke sosok hitam di belakangku, yah Danu! Mereka tampak kaget aku
datang bersama Danu. Danu tampak tersenyum kepada mereka, dan menarik tanganku.
Danu menyampaikan maaf atas kedatangannya, dan meminta izin untuk duduk
terpisah bersamaku.
Aku
sangat kikuk, mungkin jika Danu hanya teman biasa, aku akan lebih santai dengan
suasana ini, tapi hatiku tidak bisa setenang itu, aku diam , salah tingkah, dan
agak gugup. “Malam yang indah, seharusnya kita lebih sering menikmati suasana
seperti ini.” Danu memulai pembicaraan, wuah aku terkejut baru pertama kalinya
Danu yang memulai pembicaraan, “yah, aku sering menikmatinya bersama
teman-temanku, dan mungkin kamu juga bersama Lidya.” Jawabku dengan pandangan
ke arah laut. “bukan, maksudku, kita, yah aku dan kamu Tiara…”ucapan Danu
berhenti saat seorang pelayan menghampiri kami dan meletakkan dua buah gelas
berisi lemon ice pesanan kami. Danu tampak berdiri dari duduknya dan berjalan
ke arah pagar yang membatasi lantai dua kafe tersebut. Aku berjalan mengikuti
langkahnya, dan ketika aku meletakkan kedua sikuku di atas pagar besi itu,
terasa sebuah tangan merangkul pundakku, dan yah, ketika aku menoleh, Danu
merangkulkan telapak tangan kirinya di ujung pundak kiri ku, dan ia tersenyum
ke arah ku.
“Mulai saat ini, kamu pacarku. Aku tidak sedang
bertanya, ini sebuah pernyataan. Aku tidak membutuhkan jawaban, apalagi
penolakan.” Mata Danu melihat ke dalam mataku. Dan aku hanya terpaku mendengar
ucapannya.
“Lidya?” aku berbisik di telinganya, karena Danu
sedang melihat jauh kearah laut.
“Kau lupa aku memperkenalkannya sebagai teman ke mama?
Aku bukan tipe yang suka menutupi sesuatu, apalagi pada orang yang aku sayang,
termasuk mama.”
Danu merangkul pundakku semakin erat, membuatku
bergeser mendekat ke arahnya, dan sisi tubuh kami saling bersentuhan, sesaat
Danu memalingkan wajahnya ke arahku dan mengecup keningnya.
“Mulai saat ini, bertahanlah lebih keras untuk tetap
berada disisi ku, dan bertahanlah jika aku mecengkram mu lebih kuat. Tetaplah
menjadi penyejuk saat aku bersikap panas, dan tetaplah menjadi pencair saat aku
bersikap dingin, dengan kepintaran, keceriaan, dan kesabaranmu.”
Aku mematung sesaat, dan tersenyum untuk menggantikan
kata-kata yang tidak bisa aku ucapkan.
0 komentar:
Posting Komentar